Pantun
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa
Nusantara. Pantun berasal dari katapatuntun dalam bahasa
Minangkabau yang berarti
"petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa
Sunda dikenal sebagai paparikan, dan
dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat
larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku
kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh
a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun
sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua
bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama,
kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat
pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir
merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Karmina dan talibun merupakan bentuk kembangan pantun, dalam artian
memiliki bagian sampiran dan isi. Karmina merupakan pantun "versi
pendek" (hanya dua baris), sedangkan talibun adalah "versi
panjang" (enam baris atau lebih).
Daftar
isi
Sebagai alat pemelihara bahasa,
pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga
alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum
berujar. Ia juga melatih orang berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa
memiliki kaitan dengan kata yang lain.
Secara sosial pantun memiliki fungsi
pergaulan yang kuat, bahkan hingga sekarang. Di kalangan pemuda sekarang,
kemampuan berpantun biasanya dihargai. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang
dalam berpikir dan bermain-main dengan kata.
Namun demikian, secara umum peran
sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana
fungsi sampiran terutama menyiapkan rima dan irama untuk mempermudah pendengar
memahami isi pantun. Ini dapat dipahami karena pantun merupakan sastra lisan.
Meskipun pada umumnya sampiran tak
berhubungan dengan isi kadang-kadang bentuk sampiran membayangkan isi. Sebagai
contoh dalam pantun di bawah ini:
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belum lagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Beberapa sarjana Eropa berusaha
mencari aturan dalam pantun maupun puisi lama lainnya. Misalnya satu larik
pantun biasanya terdiri atas 4-6 kata dan 8-12 suku kata. Namun aturan ini tak
selalu berlaku.
·
Pantun Adat
Menanam kelapa di pulau Bukum
Tinggi sedepa sudah berbuah
Adat bermula dengan hukum
Hukum bersandar di Kitabullah
Ikan berenang lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tampuk
Adat sirih pulang ke gagang
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
Bukan lebah sembarang lebah
Lebah bersarang di buku buluh
Bukan sembah sembarang sembah
Sembah bersarang jari sepuluh
Pohon nangka berbuah lebat
Bilalah masak harum juga
Berumpun pusaka berupa adat
Daerah berluhak alam beraja
·
Pantun Agama
Banyak bulan perkara bulan
Tidak semulia bulan puasa
Banyak tuhan perkara tuhan
Tidak semulia Tuhan Yang Esa
Daun terap di atas dulang
Anak udang mati di tuba
Dalam kitab ada terlarang
Yang haram jangan dicoba
Bunga kenanga di atas kubur
Pucuk sari pandan Jawa
Apa guna sombong dan takabur
Rusak hati badan binasa
Asam kandis asam gelugur
Ketiga asam si riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
·
Pantun Budi
Bunga cina di atas batu
Daunnya lepas ke dalam ruang
Adat budaya tidak berlaku
Sebabnya emas budi terbuang
Di antara padi dengan selasih
Yang mana satu tuan luruhkan
Diantara budi dengan kasih
Yang mana satu tuan turutkan
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristeri cantik
Kalau tidak dengan budinya
Sarat perahu muat pinang
Singgah berlabuh di Kuala Daik
Jahat berlaku lagi dikenang
Inikan pula budi yang baik
Anak angsa mati lemas
Mati lemas di air masin
Hilang bahasa karena emas
Hilang budi karena miskin
Biarlah orang bertanam buluh
Mari kita bertanam padi
Biarlah orang bertanam musuh
Mari kita menanam budi
Ayam jantan si ayam jalak
Jaguh siantan nama diberi
Rezeki tidak saya tolak
Musuh tidak saya cari
Jikalau kita bertanam padi
Senanglah makan adik-beradik
Jikalau kita bertanam budi
Orang yang jahat menjadi baik
Kalau keladi sudah ditanam
Jangan lagi meminta balas
Kalau budi sudah ditanam
Jangan lagi meminta balasDi mana tuan
hendak tidur
Di atas dada di rongga susu
Elok berjalan kota tua
Kiri kanan berbatang sepat
Elok berbini orang tua
Perut kenyang ajaran dapat
Sakit kaki ditikam jeruju
Jeruju ada di dalam paya
Sakit hati memandang susu
Susu ada dalam kebaya
Naik ke bukit membeli lada
Lada sebiji dibelah tujuh
Apanya sakit berbini janda
Anak tiri boleh disuruh
Orang Sasak pergi ke Bali
Membawa pelita semuanya
Berbisik pekak dengan tuli
Tertawa si buta melihatnya
Jalan-jalan ke rawa-rawa
Jika capai duduk di pohon palem
Geli hati menahan tawa
Melihat katak memakai helm
Limau purut di tepi rawa,
buah dilanting belum masak
Sakit perut sebab tertawa,
melihat kucing duduk berbedak
jangan suka makan mentimun
karna banyak getahnya
hai kawan jangan melamun
melamun itu tak ada gunanya
·
Pantun Kepahlawanan
Pantun kepahlawanan
adalah pantun yang isinya berhubungan dengan semangat kepahlawanan
Adakah perisai bertali rambut
Rambut dipintal akan cemara
Adakah misai tahu takut
Kamipun muda lagi perkasa
Hang Jebat Hang Kesturi
Budak-budak raja Melaka
Jika hendak jangan dicuri
Mari kita bertentang mata
Kalau orang menjaring ungka
Rebung seiris akan pengukusnya
Kalau arang tercorong kemuka
Ujung keris akan penghapusnya
Redup bintang haripun subuh
Subuh tiba bintang tak nampak
Hidup pantang mencari musuh
Musuh tiba pantang ditolak
Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang di bumi
·
Pantun Kias
Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam di gunung ikan di laut
Dalam belanga bertemu juga
Berburu ke padang datar
Dapatkan rusa belang kaki
Berguru kepalang ajar
Bagaikan bunga kembang tak jadi
Anak Madras menggetah punai
Punai terbang mengirap bulu
Berapa deras arus sungai
Ditolak pasang balik ke hulu
Kayu tempinis dari kuala
Dibawa orang pergi Melaka
Berapa manis bernama nira
Simpan lama menjadi cuka
Disangka nenas di tengah padang
Rupanya urat jawi-jawi
Disangka panas hingga petang
Kiranya hujan tengah hari
·
Pantun Nasihat
Kayu cendana di atas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Kemuning di tengah balai
Bertumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orang tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri
Parang ditetak ke batang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu
Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata
Ngun Syah Betara Sakti
Panahnya bernama Nila Gandi
Bilanya emas banyak di peti
Sembarang kerja boleh menjadi
Jalan-jalan ke Kota Blitar
jangan lupa beli sukun
Jika kamu ingin pintar
belajarlah dengan tekun
·
Pantun Percintaan
Coba-coba menanam mumbang
Moga-moga tumbuh kelapa
Coba-coba bertanam sayang
Moga-moga menjadi cinta
Jangan suka bermain tali
Kalau tak ingin terikat olehnya
Putus cinta jangan disesali
Pasti kan datang cinta yang lainnya
Limau purut lebat di pangkal
Sayang selasih condong uratnya
Angin ribut dapat ditangkal
Hati yang kasih apa obatnya
Ikan belanak hilir berenang
Burung dara membuat sarang
Makan tak enak tidur tak tenang
Hanya teringat dinda seorang
Anak kera di atas bukit
Dipanah oleh Indera Sakti
Dipandang muka senyum sedikit
Karena sama menaruh hati
Ikan sepat dimasak berlada
Kutunggu digulai anak seberang
Jika tak dapat di masa muda
Kutunggu sampai beranak seorang
Kalau tuan pergi ke Tanjung
Kirim saya sehelai baju
Kalau tuan menjadi burung
Sahaya menjadi ranting kayu.
Kalau tuan pergi ke Tanjung
Belikan sahaya pisau lipat
Kalau tuan menjadi burung
Sahaya menjadi benang pengikat
Kalau tuan mencari buah
Sahaya pun mencari pandan
Jikalau tuan menjadi nyawa
Sahaya pun menjadi badan.
Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
Ke hulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian
Kerat kerat kayu di ladang
Hendak dibuat hulu cangkul
Berapa berat mata memandang
Barat lagi bahu memikul
Harapkan untung menggamit
Kain di badan didedahkan
Harapkan guruh di langit
Air tempayan dicurahkan
Pohon pepaya di dalam semak
Pohon manggis sebasar lengan
Kawan tertawa memang banyak
Kawan menangis diharap jangan
·
Pantun Perpisahan
Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang di tapak tangan
Biar jauh di negeri satu
Hilang di mata di hati jangan
Bagaimana tidak dikenang
Pucuknya
pauh selasih Jambi
Bagaimana tidak terkenang
Dagang yang jauh kekasih hati
Duhai selasih janganlah tinggi
Kalaupun tinggi berdaun jangan
Duhai kekasih janganlah pergi
Kalaupun pergi bertahun jangan
Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga
Bunga Cina bunga karangan
Tanamlah rapat tepi perigi
Adik di mana abang gerangan
Bilalah dapat bertemu lagi
Kalau ada sumur di ladang
Bolehlah kita menumpang mandi
Kalau ada umurku panjang
Bolehlah kita bertemu lagi
·
PKalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk di hidung?
Beras ladang sulung tahun
Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun ke sawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah ?
Kalau tuan muda teruna
Pakai seluar dengan gayanya
Kalau tuan bijak laksana
Biji di luar apa buahnya
Tugal padi jangan bertangguh
Kunyit kebun siapa galinya
Kalau tuan cerdik sungguh
Langit tergantung mana talinya?
Pantun
adalah sebuah karya sastra lama yang terikat oleh aturan jumlah bait, baris,
dan rima akhir. Pantun digunakan untuk mencurahkan isi hati seseorang.
Ciri-ciri
pantun:
1. satu bait terdiri dari 4 baris atau larik
2. tiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
3. baris kesatu dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi atau maksud, dan
4. rima atau sajak akhir a – b – a – b.
1. satu bait terdiri dari 4 baris atau larik
2. tiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
3. baris kesatu dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi atau maksud, dan
4. rima atau sajak akhir a – b – a – b.
Jenis-jenis
pantun berdasarkan isinya:
1. pantun nasihat
2. pantun jenaka
3. pantun teka-teki
4. pantun berduka cita
5. pantun suka cita.
1. pantun nasihat
2. pantun jenaka
3. pantun teka-teki
4. pantun berduka cita
5. pantun suka cita.
Subjek:Bahasa
Indonesia/Materi:Pantun
Dari Wikibuku
bahasa Indonesia, sumber buku teks bebas
Daftar isi
Pengertian Pantun[sunting]
Pantun adalah puisi
melayu asli yang sudah mengakar lama di budaya masyarakat. Pantun salah satu
jenis karya sastra yang lama. Lazimnya puisi hanya terdiri atas 4 lari (baris)
bersajak ab-ab atau aa-aa. Pada awal mulanya pantun merupakan sastra lisan,
tapi kini pantun juga ada dalam bentuk tulisan. Keseluruhan bentuk pantun
hanyalah berupa sampiran dan isi. Sampiran terletak pada baris pertama dan
kedua dan biasanya tidak berhubungan secara langsung dengan bagian kedua. Baris
ketiga dan keempat ialah bagian isi yang merupakan tujuan dari puisi tersebut.
Ciri - ciri pantun[sunting]
·
Memiliki rima a-a-a-a, a-b-a-b, a-a-b-b, a-b-b-a
·
Terdiri 4 baris dalam 1 bait
·
Baris pertama & kedua merupakan sampiran
·
Baris ketiga & keempat merupakan isi
Contoh pantun
berima a-b-a-b[sunting]
Kalau ada jarum yang patah
Jangan masukkan dalam peti
Kalau ada kata-kataku yang salah
jangan masukkan dalam hati
Contoh pantun
berima a-a-b-b[sunting]
Kura-kura dalam perahu
Pura-pura tidak tahu
Sudah gaharu cendana pula
Sudah tahu bertanya pula
Contoh pantun
berima a-a-a-a[sunting]
Kucing itu kakinya empat
Kalau tiga berarti cacat
Wahai kamu cepatlah tobat
Sebelum ajal mendekat
Contoh pantun
berima a-b-b-a[sunting]
Jenis-jenis Pantun[sunting]
Dilihat Dari
Bentuknya[sunting]
·
Pantun Biasa
Contoh :
Malam hari main kulintang
Ditemani sobat tersayang
Bagaimana hati tidak bimbang
Kepala botak minta dikepang
·
Pantun Seloka (pantun berkait)
Seloka ialah pantun berkait
yang tidak cukup dengan satu bait saja, karena pantun berkait merupakan jalinan
atas beberapa bait.
Ciri-ciri seloka :
1.
Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai
sebagai baris pertama dan ketiga di bait kedua.
2.
Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai
sebagai baris pertama dan ketiga di bait ketiga.
3.
Dan seterusnya.
Contoh :
Bait I
Taman melati di rumah-rumah
(baris I)
Ubur-ubur sampingan dua (baris
II)
Kalau mati kita bersama (baris
III)
Satu kubur kita berdua (baris
IV)
Bait II
Ubur-ubur sampingan dua (baris
I)
Taman melati bersusun
tangkai (baris II)
Satu kubur kita berdua (baris
III)
Kalau boleh bersusun bangkai
(baris IV)
·
Talibun
Talibun adalah pantun yang
jumlah barisnya lebih dari 4 baris dan satu bait pantun talibun harus genap
tiap barisnya, misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Dengan catatan :
JIka satu bait
berisi 6 baris, maka 3 baris pertama ialah sampiran dan 3 baris sisanya ialah
isi. Sedangkan untuk sajaknya menjadi a-b-c-a-b-c.
Jika satu bait
berisi 8 baris, maka 4 baris pertama ialah sampiran dan 4 baris sisanya ialah
isi. Sedangkan untuk sajaknya menjadi a-b-c-d-a-b-c-d.
Contoh pantun seloka 6
baris:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu
·
Pantun Kilat (karmina)
Ciri-cirinya :
1.
Setiap bait terdiri dua baris.
2.
Baris pertama merupakan sampiran, baris kedua
merupakan isi.
3.
Bersajak a-a.
4.
Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.
Contoh:
Dahulu parang, sekarang besi
Dahulu sayang, sekarang
benci
Dilihat
Dari Isinya[sunting]
·
Pantun Anak-anak
Contoh :
Elok Rupa kembang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
·
Pantun Orang Muda / Remaja
Contoh:
Naik Motor merknya Honda
Pergi sebentar kerumah
Hanapi
Bila cinta mekar di dada
Siang terkenang malam
termimpi
·
Pantun Orang Tua
Contoh:
Supaya tangan tidak terluka
Jangan dikepit hulunya kapak
Supaya Tuhan tidak murka
Jangan sakiti Ibu dan Bapak
·
Pantun Jenaka
Contoh:
Ikan gabus di rawa-rawa
Ikan sepat nyangkut dijaring
Perut sakit menahan tawa
Melihat gigi asu loncat ke
piring
·
Pantun Teka-teki
Contoh:
Tuan puteri belajar menari
Diajari oleh pak Harun
Kalau tuan bijak bestari
Apa yang naik tapi tak bisa
turun
Pantun
Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh
syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan
isi).
Ciri-ciri pantun:
a. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap
yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
b. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk
dari 8-12 suku kata (umumnya 10 suku kata).
c. Separoh bait pertama merupakan sampiran (persiapan
memasuki isi pantun), separoh bait berikutnya merupakan isi (yang mau
disampaikan).
d. Persajakan antara sampiran dan isi selalu paralel
(ab-ab atau abc-abc atau abcd-abcd atau aa-aa)
e. Beralun dua
Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun
dibedakan menjadi
a. Pantun biasa, yaitu pantun yang
terdiri dari empat baris tiap bait.
b. Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang
hanya tersusun atas dua baris.
c. Pantun berkait, yiatu pantun yang
tersusun secara berangkai, saling mengkait antara bait pertama dan bait
berikutnya.
d. Talibun, yaitu pantun yang
terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap jumlahnya, separoh merupakan
sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
e. Seloka, yaitu pantun yang
terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar (aaaa).
Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun anak-anak
- pantun bersuka cita
contoh:
Di mana padi takan luluh,
Padi basah tidak ditampi.
Dimana hati tidak rusuh,
Bunda hilang bapa berbini.
Dari padang ke tangsi cukup,
Automobil berbunyi rebut.
Hari petang pintu ditutup,
Dipanggil bunda tidak menyahut.
Diatur dengan duri pandan,
Gelombang besar membawanya.
Melihat ayah pergi bejalan,
entah’pabila kembalinya.
contoh:
Di mana padi takan luluh,
Padi basah tidak ditampi.
Dimana hati tidak rusuh,
Bunda hilang bapa berbini.
Dari padang ke tangsi cukup,
Automobil berbunyi rebut.
Hari petang pintu ditutup,
Dipanggil bunda tidak menyahut.
Diatur dengan duri pandan,
Gelombang besar membawanya.
Melihat ayah pergi bejalan,
entah’pabila kembalinya.
- pantun berduka cita
contoh:
Sinangis lauk ‘rang tiku
Diatur dengan duri pandan
Menangis duduk di pintu
Melihat ayah pergi berjalan
Diatur dengan duri pandan
Menangis duduk di pintu
Melihat ayah pergi berjalan
Diatur dengan duri pandan
Gelombang besar membawanya
Melihat ayah pergi berjalan
Entah ‘pabila kembalinya
Gelombang besar membawanya
Melihat ayah pergi berjalan
Entah ‘pabila kembalinya
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Dimana hati tidakkan rusuh
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan
Dimana hati tidakkan rusuh
Ibu mati bapak berjalan
b. Pantun muda
- pantun perkenalan
contoh:
Kayu manis di kedai rempah
Dibeli untuk bumbu masakan
Adik manis tidakkah marah
kalau abang mau kenalan?
Kedai rempah di pinggir jalan
Menjual banyak bumbu yang lain.
mengapa marah hanya kenalan
Asal tidak menuju yang lain.
Siang-siang banyak cahayanya
panas terik yang tidak enaknya
Memang si abang banyak akalnya
Bilang aja pengen Kenalan
contoh:
Kayu manis di kedai rempah
Dibeli untuk bumbu masakan
Adik manis tidakkah marah
kalau abang mau kenalan?
Kedai rempah di pinggir jalan
Menjual banyak bumbu yang lain.
mengapa marah hanya kenalan
Asal tidak menuju yang lain.
Siang-siang banyak cahayanya
panas terik yang tidak enaknya
Memang si abang banyak akalnya
Bilang aja pengen Kenalan
- pantun berkasih-kasihan
contoh:
jalan-jalan ke kota paris
banyak rumah berbaris-baris
biar mati diujung keris
asal dapat dinda yang manis…
ke cimanggis membeli kopiah
kopiah indah kan kau dapati
begitu banyak gadis yang singgah
hanya dinda yang memikat hati
jika aku seorang pemburu
anak rusa kan kudapati
jika dinda merasa cemburu
tanda cinta masih sejati
contoh:
jalan-jalan ke kota paris
banyak rumah berbaris-baris
biar mati diujung keris
asal dapat dinda yang manis…
ke cimanggis membeli kopiah
kopiah indah kan kau dapati
begitu banyak gadis yang singgah
hanya dinda yang memikat hati
jika aku seorang pemburu
anak rusa kan kudapati
jika dinda merasa cemburu
tanda cinta masih sejati
- pantun perceraian/perpisahan
contoh:
Pucuk pauh delima batu
contoh:
Pucuk pauh delima batu
Anak sembilang ditapak
tangan
Biar jauh dinegeri satu
Hilang dimata dihati
jangan
Bagaimana tidak
dikenang
Pucuknya pauh selasih
Jambi
Bagaimana tidak
terkenang
Dagang yang jauh
kekasih hati
Duhai selasih janganlah
tinggi
Kalaupun tinggi berdaun
jangan
Duhai kekasih janganlah
pergi
Kalaupun pergi bertahun
jangan
- pantun beriba hati
contoh:
Tudung periuk mainan putri,
mainan anak putera mahkota.
Kain yang buruk berikan kami,
untuk menghapus si air mata.
Hamba mengail ikan gulana,
Benang kusut di buat sumbu,
jangan suka di buang - buang.
Nasib hamba sebagai tebu,
habis manis sepah di buang.
orang menjala ikan beledang
Hamba menunggu sudah lama,
di mana konon tuan sekarang.
contoh:
Tudung periuk mainan putri,
mainan anak putera mahkota.
Kain yang buruk berikan kami,
untuk menghapus si air mata.
Hamba mengail ikan gulana,
Benang kusut di buat sumbu,
jangan suka di buang - buang.
Nasib hamba sebagai tebu,
habis manis sepah di buang.
orang menjala ikan beledang
Hamba menunggu sudah lama,
di mana konon tuan sekarang.
- pantun dagang
contoh:
c. Pantun tua
- pantun nasehat
contoh:
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama
Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah
Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati
Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama
Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah
- pantun adat
contoh:
Menanam kelapa di pulau Bukum
Tinggi Sedepa sudah
berbuah
Adat bermula dengan
hukum
Hukum bersandar di
Kitabullah
Ikan berenang didalam lubuk
Ikan belida dadanya
panjang
Adat pinang pulang ke
tampuk
Adat sirih pulang ke
gagang
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga
cempaka
Adat dijaga pusaka
dijunjung
Baru terpelihara adat
pusaka
- pantun agama
contoh:
Banyak bulan perkara bulan
contoh:
Banyak bulan perkara bulan
Tidak semulia bulan
puasa
Banyak tuhan perkara
tuhan
Tidak semulia Tuhan
Yang Esa
Daun terap diatas dulang
Anak udang mati dituba
Dalam kitab ada
terlarang
Yang haram jangan
dicoba
Bunga kenanga diatas kubur
Pucuk sari pandan Jawa
Apa guna sombong dan
takabur
Rusak hati badan binasa
d. Pantun jenaka
e. Pantun teka-teki
contoh:
Kalau tuan bawa keladi
contoh:
Kalau tuan bawa keladi
Bawakan juga si pucuk rebung
Kalau tuan bijak bestari
Binatang apa tanduk dihidung ?
Beras ladang sulung tahun
Malam malam memasak nasi
Dalam batang ada daun
Dalam daun ada isi
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian saya turun kesawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala dibawah ?
0 komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran
tapi jangan kejam kejam amat yak.huhu