Kamis, 27 Februari 2014

Alur dan Pengaluran


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang masalah
Karya prosa memang merupakan cerita rekaan dan khayalan. Ia adalah hasil imajinasi pengarangnya. Sudah menjadi naluri atau kebutuhan manusia menyukai cerita karena cerita dapat memberikan manfaat tersendiri bagi pembaca seperti sebagai media hiburan dan sarana pendidikan.
Agar sebuah cerita dapat berfungsi sebagaimana mestinya, harus ada alur dan pengaluran dalam cerita tersebut. Dengan adanya alur, akan dapat membantu pembaca untuk mengerti jalan dari sebuah cerita. Sedangkan pengaluran dibutuhkan untuk menggambarkan sebuah alur.

B.     Batasan Masalah
1.    Alur dan Pengaluran
2.    Peristiwa/Tindakan/Kejadian, Konflik dan Klimaks
3.    Tahap-tahap Alur
4.    Macam-macam Alur
5.    Kaidah Pengaluran (Pemplotan)
6.    Penahapan Alur
7.    Prinsip-Prinsip dalam Menganalisis Alur atau Plot

C.    Rumusan Masalah
1.    Apakah pengertian Alur dan Pengaluran?
2.    Apakah Peristiwa/Tindakan/Kejadian, Konflik dan Klimaks?
3.    Apakah Tahap-tahap Alur?
4.    Apakah Macam-macam Alur?
5.    Apakah kaidah pengaluran (Pemplotan)?
6.    Bagaimanakah Penahapan Alur?
7.    Prinsip-Prinsip dalam Menganalisis Alur atau Plot?

D.    Tujuan Penulisan
1.    Menjelaskan Alur dan Pengaluran.
2.    Menjelaskan Peristiwa/Tindakan/Kejadian, Konflik dan Klimaks.
3.    Menjelaskan Tahap-tahap Alur.
4.    Menjelaskan Macam-macam Alur.
5.    Menjelaskan kaidah pengaluran (Pemplotan)?
6.    Menjelaskan Penahapan Alur.
7.    Menjelaskan Prinsip-Prinsip dalam Menganalisis Alur atau Plot.

E.     Manfaat Penulisan
Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui apa itu alur dan pengaluran, jenis-jenis alur, serta tahap-tahap dalam penulisan alur.




























BAB II
PEMBAHASAN

UNSUR-UNSUR PROSA
1.    Alur dan Pengaluran
Alur atau plot merupakan unsur fiksi yang sangat penting. Staton (dalam apgsastra.wordpress.com), mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi urutan kajian, namun tiap kajian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat. Sependapat dengan Staton, Kenny (dalam apgsastra.wordpress.com), mengemukakan alur sebagai peristiwa-peristiwa yang disampaikan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat. Selanjutnya Forstel (dalam apgsastra.wordpress.com), mengemukakan bahwa alur adalah peristiwa-peristiwa yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas.
Naratologi (narratology) mengambil masalah pembicaraan terhadap berbagai  hal yang berhubungan dengan wacana naratif, bagaimana menyiasati peristiwa-peristiwa cerita ke dalam sebuah bentuk yang terorganisasikan yang bernama alur (plot) (Abrams, dalam apgsastra.wordpress.com). Alur atau plot sebuah karya fiksi menurut foster (dalam apgsastra.wordpress.com), memiliki sifat misterius dan intelektual, dan alur menampilkan kejadian-kejadian yang mengandung konflik yang mampu menarik atau bahkan mencekam pembaca. Sifat misterius alur tersebut nampaknya tidak berbeda halnya atau kaitannya dengan pengertian suspense, rasa ingin tahu pembaca, foster juga mengakui bahwa unsur suspense merupakan suatu hak yang sangat penting dalam alur sebuah karya naratif. Oleh karena itu alur bersifat misterius. Untuk memahaminya diperlukakan kemampuan intelektual, tanpa disertai dengan adanya daya intelektual, menurut foster tak mungkin orang dapat memahami alur dengan baik, hubungan antara peristiwa, kasus atau berbagai persoalan yang diungkapkan dalam sebuah karya karena belum tentu ditujukan secara eksplisit dan langsung oleh pengarang. Cara menganalisa alur adalah dengan mencari dan mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang memiliki hubungan kausalitas saja.
Pengaluran yaitu urutan teks atau teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita.
Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kuantitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur
ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya. Dengan menganalisa urutan teks tersebut, pembaca akan tahu bagaimana pengarang menyajikan cerita itu, apakah dengan teknik linier (penceritaan peristiwa-peristiwa yang berjalan saat itu), teknik ingatan (flashback) atau bayangan (menceritakan kejadian yang belum terjadi).

2.    Peristiwa/Tindakan/Kejadian, Konflik dan Klimaks
Peristiwa, konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan sebuah alur cerita. Eksistensi alur atau plot sangat ditentukan oleh ketiga unsur tersebut.
a.    Peristiwa/Kejadian/Tindakan
Peristiwa dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain (Lexumburg dalam apgsastra.wordpress.com). Peristiwa dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu :
1)      Peristiwa fungsional, yaitu peristiwa yang mempengaruhi pengembangan alur atau plot.
2)      Peristiwa kaitan, yaitu peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa yang penting dalam pengurutan penyajian cerita.
3)      Peristiwa acuan, yaitu peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh atau berhubungan dengan perkembangan plot, melainkan mengacu kepada unsur-unsur lain misalnya berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang melingkupi batin seorang tokoh.

b.   Konflik
Konflik (conflict) adalah kejadian yang tergolong penting berupa peristiwa fungsional, utama atau karnel yang merupakan unsur yang esensial dalam pengembangan plot. Konflik adalah suatu yang dramatik mengacu pada dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balas (Wellek and Wairen dalam apgsastra.wordpress.com). Konflik dibagi atas dua bagian, yaitu :
1)      Konflik eksternal atau konflik fisik, yaitu konflik yang terjadi antara seseorang tokoh dengan sesuatu diluar dirinya, mungkin dengan lingkungan alam ataupun dengan lingkungan manusia. Seperti konflik fisik dan konflik sosial.
2)      Konflik internal atau konflik batin, yaitu konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa seseorang tokoh sebuah cerita.
Kedua konflik tersebut saling berkaitan, saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain dan dapat terjadi secara bersamaan. Artinya konflik-konflik tersebut dapat terjadi dan dialami oleh seseorang pada cerita dalam waktu yang bersamaan, walau tingkat intensitasnya mungkin saja tidak sama.
c.    Klimaks
Konflik dan klimaks merupakan hal yang penting dalam struktur plot karena keduanya merupakan unsur plot pada karya fiksi. Klimaks, menurut Staton (dalam apgsastra.wordpress.com) adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi dan saat hal itu merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari kehadirannya, artinya berdasarkan tututan dan kelogisan cerita, peristiwa saat itu harus terjadi dan tidak boleh tidak. Klimaks sangat menentukan (arah) perkembangan plot, klimaks memang mungkin tidak bersifat spektakuler.
3.    Tahap-tahap Alur

a.    Tahap perkenalan/Eksposisi
Tahap perkenalan/eksposisi adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antarpelaku, penggambaran fisik, penggambaran tempat).
b.   Tahap pertentangan/Konflik
Tahap pertentangan/konflik adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku (titik pijak menuju pertentangan selanjutnya).
c.    Tahap penanjakan konflik/Komplikasi
Tahap penanjakan konflik/komplikasi adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan rumit (nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar).
d.   Tahap klimaks
Tahap klimaks adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak (perubahan nasip pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang dugaan itu tidak terbukti pada akhir cerita).
e.    Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya menggantung, tanpa ada penyelesaian.

4.    Macam-macam Alur
a.         Alur maju
Alur maju adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju masa datang.
b.        Alur mundur/Sorot balik/Flash back
Alur mundur adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.
c.         Alur gabungan/Campuran
Alur gabungan adalah peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-peristiwa pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang lampau, kemudian mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi.
5.    Kaidah Pengaluran (Pemplotan)
Kaidah-kaidah pengaluran yang dimaksud meliputi masalah plausibilitas (plausibility), adanya unsur kejutan (surprise), rasa ingin tahu (suspense), dan kepaduan (unity) (Kenny, dalam apgsastra.wordpress.com)
a.    Plausibilitas (masalah)
Plausibilitas mengarah pada pengertian sesuatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan cerita. Sebuah cerita dikatakan memiliki sifat plausibilitas jika tokoh-tokoh, cerita dan dunia dapat diimajinasi (imaginable).
b.   Suspense (rasa ingin tahu)
Sebuah cerita cerita yang baik harus mampu membangkitkan suspense pembacanya. Salah satu cara untuk membangkitkan suspense sebuah cerita adalah menampilkan apa yang disebut foreshadowing atau penampilan peristiwa tertentu yang bersifat mendahului namun biasanya ditampilkan secara tak langsung terhadap peistiwa yang penting yang akan dikemukakan kemudian.
c.    Surprise (kejutan)
Sebuah cerita cerita yang baik selain harus mampu membangkitkan suspense pembaca juga mampu  menciptakan surprise pada pembacanya. Alur sebuah karya fiksi dikatakan memberikan kejutan jika sesuatu yang dikisahkan atau kejadiankejadian yang ditampilkan menyimpang atau bertentangan harapan kita sebagai pembaca (Abams, dalam apgsastra.wordpress.com).
d.   Unity (kesatupaduan)
Kesatupaduan mengarah pada pengertian bahwa berbagai unsure yang ditampilkan, kususnya peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan dan acuan, yang mengandung konflik atau seluruh pengalaman hidup yang hendak dikomunikasikan, memiliki keterkaitan sesuatu dengan yang lain, masalah kesatupaduan ini bukan merupakan suatu hal yang sulit untuk dipenuhi dalam karya-karya yang berbentuk cerpen atau cerita pendek, karya fiksi sebuah karya yang direncanakan, disiasat, dikreasi, dan diorganisasikan sedemikian rupa dengan sengaja sehingga keseluruhan aspek yang dilahirkan dapat saling berhubungan secara koherensif.

6.    Penahapan Alur
Secara teoretis alur dapat diurutkan dan dikembangkan ke dalam tahap-tahap tertentu secara kronologis. Namun, dalam praktiknya dalam langkah “operasional” yang dilakukan pengarang tidak selamanya tuduk pada teoretis-kronologis tahap-tahap pengembangan atau lengkapnya struktur alur, dikemukakan sebagai berikut :
a)   Tahap alur awal-tengah-akhir
Untuk memperoleh keutuhan sebuah alur cerita, aristoteles mengumumkan bahwa alur harus terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap akhir (end) (Abrams, dalam apgsastra.wordpress.com).
1)      Tahap awal sebuah cerita biasanya disebut tahap perkenalan. Fungsi pokok dari tahap awal sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan seperlunya khususnya yang berkaitan dengan peralatan dan penokohan.
2)      Tahap tengah cerita dapat disebut dengan tahap pertikaian. Konflik yang dikisahkan seperti yang telah dikemukakan diatas, dapat berupa konflik internal, dan konflik eksternal. Pada tahap tengah ini klimaks ditampilkan, yaitu ketika konflik utama telah mencapai titik intensitas tertinggi.
3)      Tahap akhir sebuah cerita atau bisa disebut akibat klimaks. Dalam teori klasik yang berasal dari aristoteles penyelesaian cerita dibedakan kedalam dua macam kemungkinan, yaitu kebahagiaan (happy end), dan kesedihan (sad end)


b)   Tahap alur
Dalam Mochtar Lubis (dalam apgsastra.wordpress.com) mungkin mendasar dari pada pendapat RichardSummer, yaitu membedakan tahap alur menjadi lima bagian. Kelima tahap itu adalah sebagai berikut :
1)   Tahap situation atau tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.
2)   Tahap genering circumstances atau tahap peningkatan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa menyulut mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang.
3)   Tahap rising action atau tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.
4)   Tahap climax, konflik dan pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang dilakukan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak.
5)   Tahap denouement atau tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan.
Alur dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu:
1.      Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
2.      Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
3.      Berdasarkan tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Dalam membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah:
a.       Faktor kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya tidak selalu realistik tetapi masuk akal.
b.      Faktor kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak / dikenali oleh pembaca.
c.       Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan alur menjadi dinamis. Adapun hal yang harus dihindari dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
7.    Prinsip-Prinsip dalam Menganalisis Alur atau Plot
Ada tujuh prinsip dalam menganalisis alur karya fiksi. Menurut Uhardi Hasanuddin WS (dalam apgsastra.wordpress.com) ketujuh prinsip penganalisisan alur tersebut adalah:
a.    Bagian unsur dalam alur adalah satuan peristiwa. Setiap satuan peristiwa menginformasikan tentang pelaku tindakan tempat dan waktu.
b.    Pelaku dalam satuan peristiwa dapat lebih dari satu orang, sehingga pelaku memungkinkan terdiri atas beberapa tokoh.
c.    Peristiwa dalam fiksi tidak hanya terdiri atas satuan yang setara atau setingkat.
d.   Satuan peristiwa yang lebih rendah di samping sebagaimana batasan peristiwa di atas, dapat pula hanya memberitahukantentang pelaku dan keadaan saja.
e.    Setiap satuan peristiwa tidaklah terdiri sendiri, ia saling berhubungan dengan satuan peristiwa lain.
f.     Dalam proses penganalisisan penyusunan peristiwa menjadi hubungan kronologis atau kualitas yang diperlukan untuk pemahaman masalah fiksi.
g.    Satuan peristiwa ada kemungkinan mempunyai persamaan dengan satuan peristiwa lain.
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
   Jadi, dapat disimpulkan bahwa alur merupakan jalinan peristiwa secara beruntun dalam sebuah cerita dengan memperhatikan hubungan sebab-akibat sehingga cerita itu merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Sedangkan pengaluran adalah urutan teks atau teknik untuk menampilkan alur itu sendiri. Cara menganalisa alur adalah dengan mencari dan mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang memiliki hubungan kausalitas saja. Dengan menganalisa urutan teks tersebut, pembaca akan tahu bagaimana pengarang menyajikan cerita itu, apakah dengan teknik linier (penceritaan peristiwa-peristiwa yang berjalan saat itu), teknik ingatan (flashback) atau bayangan (menceritakan kejadian yang belum terjadi).


B.     Saran
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Pertama, bagi pembaca bermanfaat untuk menambah ilmu dan pengalaman pembaca mengenai hubungan manusia dengan harapan. Kedua, bagi penulis, untuk menambah dan memperdalam wawasan khususnya tentang hubungn manusia dengan harapan.










KEPUSTAKAAN

Esten, Mursal. 1987. Kesusastraan Pengantar Teori & Sejarah. Bandung: Angkasa.
Hasanuddin WS. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang:  Bintang Jaya Offset.
http://apgsastra.wordpress.com/2011/11/29/alur-telaah-prosa/ diunduh pada tanggal 14   Februari 2014
http://elsa-antika.blogspot.com/p/bahasa-indonesia.html diunduh pada tanggal 14   Februari 2014


0 komentar:

Posting Komentar

mohon kritik dan saran
tapi jangan kejam kejam amat yak.huhu