BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang masalah
Karya prosa memang merupakan cerita rekaan dan
khayalan. Ia adalah hasil imajinasi pengarangnya. Sudah menjadi naluri atau
kebutuhan manusia menyukai cerita karena cerita dapat memberikan manfaat
tersendiri bagi pembaca seperti sebagai media hiburan dan sarana pendidikan.
Agar sebuah cerita dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, harus ada alur dan pengaluran dalam cerita tersebut. Dengan adanya
alur, akan dapat membantu pembaca untuk mengerti jalan dari sebuah cerita.
Sedangkan pengaluran dibutuhkan untuk menggambarkan sebuah alur.
B.
Batasan Masalah
1.
Alur dan Pengaluran
2.
Peristiwa/Tindakan/Kejadian, Konflik dan
Klimaks
3.
Tahap-tahap Alur
4.
Macam-macam Alur
5.
Kaidah Pengaluran (Pemplotan)
6.
Penahapan Alur
7.
Prinsip-Prinsip dalam Menganalisis Alur
atau Plot
C.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian
Alur
dan Pengaluran?
2.
Apakah Peristiwa/Tindakan/Kejadian,
Konflik dan Klimaks?
3.
Apakah Tahap-tahap
Alur?
4.
Apakah Macam-macam
Alur?
5.
Apakah kaidah
pengaluran (Pemplotan)?
6.
Bagaimanakah Penahapan
Alur?
7.
Prinsip-Prinsip dalam Menganalisis Alur
atau Plot?
D.
Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan Alur
dan Pengaluran.
2.
Menjelaskan Peristiwa/Tindakan/Kejadian,
Konflik dan Klimaks.
3.
Menjelaskan Tahap-tahap
Alur.
4.
Menjelaskan Macam-macam
Alur.
5.
Menjelaskan kaidah
pengaluran (Pemplotan)?
6.
Menjelaskan Penahapan
Alur.
7.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip
dalam Menganalisis Alur atau Plot.
E.
Manfaat Penulisan
Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat
mengetahui apa itu alur dan pengaluran, jenis-jenis alur, serta tahap-tahap
dalam penulisan alur.
BAB II
PEMBAHASAN
UNSUR-UNSUR PROSA
1.
Alur
dan Pengaluran
Alur
atau plot merupakan unsur fiksi yang sangat penting. Staton (dalam
apgsastra.wordpress.com), mengemukakan bahwa alur adalah cerita yang berisi
urutan kajian, namun tiap kajian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat.
Sependapat dengan Staton, Kenny (dalam apgsastra.wordpress.com), mengemukakan
alur sebagai peristiwa-peristiwa yang disampaikan dalam cerita yang tidak
bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan
kaitan sebab-akibat. Selanjutnya Forstel (dalam apgsastra.wordpress.com),
mengemukakan bahwa alur adalah peristiwa-peristiwa yang mempunyai penekanan
pada adanya hubungan kausalitas.
Naratologi
(narratology) mengambil masalah pembicaraan terhadap berbagai hal yang
berhubungan dengan wacana naratif, bagaimana menyiasati peristiwa-peristiwa
cerita ke dalam sebuah bentuk yang terorganisasikan yang bernama alur (plot)
(Abrams, dalam apgsastra.wordpress.com). Alur atau plot sebuah karya fiksi
menurut foster (dalam apgsastra.wordpress.com), memiliki sifat misterius dan
intelektual, dan alur menampilkan kejadian-kejadian yang mengandung konflik
yang mampu menarik atau bahkan mencekam pembaca. Sifat misterius alur tersebut
nampaknya tidak berbeda halnya atau kaitannya dengan pengertian suspense, rasa
ingin tahu pembaca, foster juga mengakui bahwa unsur suspense merupakan suatu
hak yang sangat penting dalam alur sebuah karya naratif. Oleh karena itu alur
bersifat misterius. Untuk memahaminya diperlukakan kemampuan intelektual, tanpa
disertai dengan adanya daya intelektual, menurut foster tak mungkin orang dapat
memahami alur dengan baik, hubungan antara peristiwa, kasus atau berbagai
persoalan yang diungkapkan dalam sebuah karya karena belum tentu ditujukan
secara eksplisit dan langsung oleh pengarang. Cara menganalisa alur adalah
dengan mencari dan mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang memiliki hubungan
kausalitas saja.
Pengaluran
yaitu urutan teks atau teknik atau cara-cara menampilkan alur. Menurut kualitasnya,
pengaluran dibedakan menjadi alur erat dan alur longggar. Alur erat ialah alur
yang tidak memungkinkan adanya pencabangan cerita.
Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kuantitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur
ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya. Dengan menganalisa urutan teks tersebut, pembaca akan tahu bagaimana pengarang menyajikan cerita itu, apakah dengan teknik linier (penceritaan peristiwa-peristiwa yang berjalan saat itu), teknik ingatan (flashback) atau bayangan (menceritakan kejadian yang belum terjadi).
Alur longgar adalah alur yang memungkinkan adanya pencabangan cerita. Menurut kuantitasnya, pengaluran dibedakan menjadi alur tunggal dan alur ganda. Alur tunggal ialah alur yang hanya satu dalam karya sastra. Alur
ganda ialah alur yang lebih dari satu dalam karya sastra. Dari segi urutan waktu, pengaluran dibedakan kedalam alur lurus dan tidak lurus. Alur lurus ialah alur yang melukiskan peristiwa-peristiwa berurutan dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus ialah alur yang melukiskan tidak urut dari awal sampai akhir cerita. Alur tidak lurus bisa menggunakan gerak balik (backtracking), sorot balik (flashback), atau campauran keduanya. Dengan menganalisa urutan teks tersebut, pembaca akan tahu bagaimana pengarang menyajikan cerita itu, apakah dengan teknik linier (penceritaan peristiwa-peristiwa yang berjalan saat itu), teknik ingatan (flashback) atau bayangan (menceritakan kejadian yang belum terjadi).
2.
Peristiwa/Tindakan/Kejadian,
Konflik dan Klimaks
Peristiwa,
konflik dan klimaks merupakan tiga unsur yang amat esensial dalam pengembangan
sebuah alur cerita. Eksistensi alur atau plot sangat ditentukan oleh ketiga
unsur tersebut.
a.
Peristiwa/Kejadian/Tindakan
Peristiwa
dapat diartikan sebagai peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain
(Lexumburg dalam apgsastra.wordpress.com). Peristiwa dapat dibedakan atas tiga
jenis yaitu :
1) Peristiwa fungsional,
yaitu peristiwa yang mempengaruhi pengembangan alur atau plot.
2) Peristiwa kaitan,
yaitu peristiwa-peristiwa yang berfungsi mengaitkan peristiwa-peristiwa yang
penting dalam pengurutan penyajian cerita.
3) Peristiwa acuan,
yaitu peristiwa yang tidak secara langsung berpengaruh atau berhubungan dengan
perkembangan plot, melainkan mengacu kepada unsur-unsur lain misalnya
berhubungan dengan masalah perwatakan atau suasana yang melingkupi batin
seorang tokoh.
b.
Konflik
Konflik
(conflict) adalah kejadian yang tergolong penting berupa peristiwa fungsional,
utama atau karnel yang merupakan unsur yang esensial dalam pengembangan plot. Konflik
adalah suatu yang dramatik mengacu pada dua kekuatan yang seimbang dan
menyiratkan adanya aksi dan aksi balas (Wellek and Wairen dalam apgsastra.wordpress.com).
Konflik dibagi atas dua bagian, yaitu :
1) Konflik eksternal atau konflik
fisik, yaitu konflik yang terjadi antara seseorang tokoh
dengan sesuatu diluar dirinya, mungkin dengan lingkungan alam ataupun dengan
lingkungan manusia. Seperti konflik fisik dan konflik sosial.
2) Konflik internal atau konflik batin,
yaitu konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa seseorang tokoh sebuah cerita.
Kedua
konflik tersebut saling berkaitan, saling menyebabkan terjadinya satu dengan
yang lain dan dapat terjadi secara bersamaan. Artinya konflik-konflik tersebut
dapat terjadi dan dialami oleh seseorang pada cerita dalam waktu yang
bersamaan, walau tingkat intensitasnya mungkin saja tidak sama.
c.
Klimaks
Konflik
dan klimaks merupakan hal yang penting dalam struktur plot karena keduanya
merupakan unsur plot pada karya fiksi. Klimaks, menurut Staton (dalam
apgsastra.wordpress.com) adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas
tertinggi dan saat hal itu merupakan sesuatu yang tak dapat dihindari
kehadirannya, artinya berdasarkan tututan dan kelogisan cerita, peristiwa saat
itu harus terjadi dan tidak boleh tidak. Klimaks sangat menentukan (arah)
perkembangan plot, klimaks memang mungkin tidak bersifat spektakuler.
3.
Tahap-tahap
Alur
a.
Tahap
perkenalan/Eksposisi
Tahap perkenalan/eksposisi adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antarpelaku, penggambaran fisik, penggambaran tempat).
Tahap perkenalan/eksposisi adalah tahap permulaan suatu cerita yang dimulai dengan suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan (perkenalan para tokoh, reaksi antarpelaku, penggambaran fisik, penggambaran tempat).
b.
Tahap
pertentangan/Konflik
Tahap pertentangan/konflik adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku (titik pijak menuju pertentangan selanjutnya).
Tahap pertentangan/konflik adalah tahap dimana mulai terjadi pertentangan antara pelaku-pelaku (titik pijak menuju pertentangan selanjutnya).
c.
Tahap
penanjakan konflik/Komplikasi
Tahap penanjakan konflik/komplikasi adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan rumit (nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar).
Tahap penanjakan konflik/komplikasi adalah tahap dimana ketegangan mulai terasa semakin berkembang dan rumit (nasib pelaku semakin sulit diduga, serba samar-samar).
d.
Tahap
klimaks
Tahap klimaks adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak (perubahan nasip pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang dugaan itu tidak terbukti pada akhir cerita).
Tahap klimaks adalah tahap dimana ketegangan mulai memuncak (perubahan nasip pelaku sudah mulai dapat diduga, kadang dugaan itu tidak terbukti pada akhir cerita).
e.
Tahap
penyelesaian
Tahap penyelesaian adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya menggantung, tanpa ada penyelesaian.
Tahap penyelesaian adalah tahap akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan tentang nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Ada pula yang penyelesaiannya diserahkan kepada pembaca, jadi akhir ceritanya menggantung, tanpa ada penyelesaian.
4.
Macam-macam
Alur
a.
Alur
maju
Alur maju adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju masa datang.
Alur maju adalah peristiwa –peristiwa diutarakan mulai awal sampai akhir/masa kini menuju masa datang.
b.
Alur
mundur/Sorot balik/Flash back
Alur mundur adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.
Alur mundur adalah peristiwa-peristiwa yang menjadi bagian penutup diutarakan terlebih dahulu/masa kini, baru menceritakan peristiwa-peristiwa pokok melalui kenangan/masa lalu salah satu tokoh.
c.
Alur
gabungan/Campuran
Alur gabungan adalah
peristiwa-peristiwa pokok diutarakan. Dalam pengutararaan peristiwa-peristiwa
pokok, pembaca diajak mengenang peristiwa-peristiwa yang lampau, kemudian
mengenang peristiwa pokok ( dialami oleh tokoh utama) lagi.
5.
Kaidah
Pengaluran (Pemplotan)
Kaidah-kaidah
pengaluran yang dimaksud meliputi masalah plausibilitas (plausibility), adanya
unsur kejutan (surprise), rasa ingin tahu (suspense), dan kepaduan (unity)
(Kenny, dalam apgsastra.wordpress.com)
a.
Plausibilitas
(masalah)
Plausibilitas
mengarah pada pengertian sesuatu hal yang dapat dipercaya sesuai dengan cerita.
Sebuah cerita dikatakan memiliki sifat plausibilitas jika tokoh-tokoh, cerita
dan dunia dapat diimajinasi (imaginable).
b.
Suspense
(rasa ingin tahu)
Sebuah
cerita cerita yang baik harus mampu membangkitkan suspense pembacanya. Salah
satu cara untuk membangkitkan suspense sebuah cerita adalah menampilkan apa
yang disebut foreshadowing atau penampilan peristiwa tertentu yang
bersifat mendahului namun biasanya ditampilkan secara tak langsung terhadap
peistiwa yang penting yang akan dikemukakan kemudian.
c.
Surprise
(kejutan)
Sebuah
cerita cerita yang baik selain harus mampu membangkitkan suspense pembaca juga
mampu menciptakan surprise pada pembacanya. Alur sebuah karya fiksi
dikatakan memberikan kejutan jika sesuatu yang dikisahkan atau kejadiankejadian
yang ditampilkan menyimpang atau bertentangan harapan kita sebagai pembaca
(Abams, dalam apgsastra.wordpress.com).
d.
Unity
(kesatupaduan)
Kesatupaduan
mengarah pada pengertian bahwa berbagai unsure yang ditampilkan, kususnya
peristiwa-peristiwa fungsional, kaitan dan acuan, yang mengandung konflik atau
seluruh pengalaman hidup yang hendak dikomunikasikan, memiliki keterkaitan
sesuatu dengan yang lain, masalah kesatupaduan ini bukan merupakan suatu hal
yang sulit untuk dipenuhi dalam karya-karya yang berbentuk cerpen atau cerita
pendek, karya fiksi sebuah karya yang direncanakan, disiasat, dikreasi, dan
diorganisasikan sedemikian rupa dengan sengaja sehingga keseluruhan aspek yang
dilahirkan dapat saling berhubungan secara koherensif.
6.
Penahapan
Alur
Secara
teoretis alur dapat diurutkan dan dikembangkan ke dalam tahap-tahap tertentu
secara kronologis. Namun, dalam praktiknya dalam langkah “operasional” yang
dilakukan pengarang tidak selamanya tuduk pada teoretis-kronologis tahap-tahap
pengembangan atau lengkapnya struktur alur, dikemukakan sebagai berikut :
a)
Tahap
alur awal-tengah-akhir
Untuk
memperoleh keutuhan sebuah alur cerita, aristoteles mengumumkan bahwa alur
harus terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap
akhir (end) (Abrams, dalam apgsastra.wordpress.com).
1) Tahap
awal sebuah cerita biasanya disebut tahap perkenalan. Fungsi pokok dari tahap
awal sebuah cerita adalah untuk memberikan informasi dan penjelasan seperlunya
khususnya yang berkaitan dengan peralatan dan penokohan.
2) Tahap
tengah cerita dapat disebut dengan tahap pertikaian. Konflik yang dikisahkan
seperti yang telah dikemukakan diatas, dapat berupa konflik internal, dan
konflik eksternal. Pada tahap tengah ini klimaks ditampilkan, yaitu ketika
konflik utama telah mencapai titik intensitas tertinggi.
3) Tahap
akhir sebuah cerita atau bisa disebut akibat klimaks. Dalam teori klasik yang
berasal dari aristoteles penyelesaian cerita dibedakan kedalam dua macam
kemungkinan, yaitu kebahagiaan (happy end), dan kesedihan (sad end)
b)
Tahap
alur
Dalam Mochtar Lubis (dalam
apgsastra.wordpress.com) mungkin mendasar dari pada
pendapat RichardSummer, yaitu membedakan tahap alur menjadi lima
bagian. Kelima tahap itu adalah sebagai berikut :
1) Tahap situation atau
tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan
dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.
2) Tahap genering
circumstances atau tahap peningkatan konflik,
masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa menyulut mulai dimunculkan. Jadi tahap
ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan
berkembang.
3) Tahap rising action atau
tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan
pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.
4) Tahap climax, konflik
dan pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang dilakukan atau ditimpakan
kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak.
5) Tahap denouement atau
tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks
diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan.
Alur dapat disusun berdasarkan tiga
hal, yaitu:
1. Berdasarkan
urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
2. Berdasarkan
hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
3. Berdasarkan
tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur
tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode
dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Dalam membangun alur,
ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis.
Faktor-faktor penting tersebut adalah:
a. Faktor kebolehjadian.
Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya tidak selalu realistik tetapi
masuk akal.
b. Faktor kejutan.
Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak /
dikenali oleh pembaca.
c. Faktor kebetulan.
Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi.
Kombinasi
atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan alur menjadi dinamis.
Adapun hal yang harus dihindari dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan
adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau
menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita.
7.
Prinsip-Prinsip
dalam Menganalisis Alur atau Plot
Ada
tujuh prinsip dalam menganalisis alur karya fiksi. Menurut Uhardi Hasanuddin WS
(dalam apgsastra.wordpress.com) ketujuh prinsip penganalisisan alur tersebut
adalah:
a. Bagian
unsur dalam alur adalah satuan peristiwa. Setiap satuan peristiwa
menginformasikan tentang pelaku tindakan tempat dan waktu.
b. Pelaku
dalam satuan peristiwa dapat lebih dari satu orang, sehingga pelaku
memungkinkan terdiri atas beberapa tokoh.
c. Peristiwa
dalam fiksi tidak hanya terdiri atas satuan yang setara atau setingkat.
d. Satuan
peristiwa yang lebih rendah di samping sebagaimana batasan peristiwa di atas,
dapat pula hanya memberitahukantentang pelaku dan keadaan saja.
e. Setiap
satuan peristiwa tidaklah terdiri sendiri, ia saling berhubungan dengan satuan
peristiwa lain.
f. Dalam
proses penganalisisan penyusunan peristiwa menjadi hubungan kronologis atau
kualitas yang diperlukan untuk pemahaman masalah fiksi.
g. Satuan
peristiwa ada kemungkinan mempunyai persamaan dengan satuan peristiwa lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa alur merupakan jalinan peristiwa secara beruntun dalam
sebuah cerita dengan memperhatikan hubungan sebab-akibat sehingga cerita itu
merupakan kesatuan yang padu, bulat, dan utuh. Sedangkan pengaluran adalah urutan
teks atau teknik untuk menampilkan alur itu sendiri. Cara menganalisa alur
adalah dengan mencari dan mengurutkan peristiwa demi peristiwa yang memiliki
hubungan kausalitas saja. Dengan menganalisa urutan teks tersebut, pembaca akan
tahu bagaimana pengarang menyajikan cerita itu, apakah dengan teknik linier
(penceritaan peristiwa-peristiwa yang berjalan saat itu), teknik ingatan (flashback)
atau bayangan (menceritakan kejadian yang belum terjadi).
B.
Saran
Makalah
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Pertama, bagi pembaca bermanfaat untuk menambah ilmu dan pengalaman
pembaca mengenai hubungan manusia dengan harapan. Kedua, bagi penulis, untuk menambah dan memperdalam wawasan
khususnya tentang hubungn manusia dengan harapan.
KEPUSTAKAAN
Esten,
Mursal. 1987. Kesusastraan Pengantar
Teori & Sejarah. Bandung: Angkasa.
Hasanuddin WS. 1992. Prosedur
Analisis Fiksi. Padang: Bintang Jaya
Offset.
http://apgsastra.wordpress.com/2011/11/29/alur-telaah-prosa/
diunduh pada tanggal 14 Februari 2014
http://alfianjaelani.blogspot.com/p/pengertian-unsur-intrinsik-dan.html
diunduh pada tanggal 14 Februari 2014
http://elsa-antika.blogspot.com/p/bahasa-indonesia.html
diunduh pada tanggal 14 Februari 2014
0 komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran
tapi jangan kejam kejam amat yak.huhu