Kamis, 13 Desember 2012

MODEL DAN DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN


MODEL DAN DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN
                                                                                           
A.    Secara Mikro
Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan dan menantang.

1.      Model PAKEM (Partisipatif , Aktif , Kreatif , Efektif , dan Menyenangkan). Pembelajaran Partisipatif, yaitu pelibatan siswa secara optimal.
Pembelajaran Aktif, yaitu melibatkan aktifitas siswa (self discovery learning).
Pembelajaran Kreatif, yaitu memotivasi dan memunculkan kreatifitas siswa.
Pembelajaran Efektif, yaitu memberi pengalaman baru agar siswa dapat mencapai tujuan. Pembelajaran Menyenangkan, yaitu siswa belajar tanpa perasaan tertekan (joyfull learning).
2.      Model ASSURE, merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas.
Menurut Heinich at.al. (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
·         Analyze Learners (analisis peserta didik) , disesuaikan dengan tingkat perkembangan , gaya belajar , dan kebutuhan peserta didik.
·         States Objectives (menyatakan tujuan), difokuskan pada tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
·         Select Methods, Media, and Material (memilih metode, media, dan materi), pemilihan metode yang tepat dengan tugas pembelajaran, memilih media yang tepat dengan materi yang disampaikan .
·         Utilize Media and materials (penggunaan media dan bahan), menggunakan dan mendesaian media sebagus mungkin agar pembelajaran lebih menarik dan menantang.
·         Require Learner Participation (partisipasi peserta didik di kelas), partisipasi aktif peserta didik dalam kelas akan berpengaruh pada pengalaman belajar yang diperoleh selama proses pembelajaran.
·         Evaluate and Revise (penilaian dan revisi), melihat seberapa efektif dan efisiennya metode dan media pembelajaran yang dipakai dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3.      Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model Hannafin and Peck. Tahap-tahap dalam model Hannafin and Peck: tahap analisis keperluan , tahap desain , dan tahap pengembangan dan implementasi.

Penilaian dan evaluasi dilaksanakan dalam setiap tahap.
Tahap-tahap model Hannafin and Peck :
·         Tahap analisa kebutuhan: mengidentifikasi kebutuhan yang meliputi kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran;
a.       tujuan dan objek media pembelajaran yang dibuat
b.       pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran,
c.       peralatan dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi, Hannafin dan Peck menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum melanjutkan ke tahap desain.
·         Tahap desain; bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut (informasi dari tahap analisa kebutuhan). Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mencakup urutan aktivitas pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objek media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam tahap analisis keperluan. Penilaian perlu dijalankan dalam tahap ini sebelum dilanjutkan ke tahap pengembangan dan implementasi.
·         Tahap pengembangan dan implementasi; penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif (dilakukan sepanjang proses pengembangan media) dan penilaian sumatif (dilakukan setelah media selesai dikembangkan). Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran, serta untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian, dan pengujian. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses penyesuaian untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki.
Model ini sangat menekankan proses penilaian dan evaluasi yang mengikutsertakan proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.

4.      Model Bella H. Bannaty, yang berorientasi pada tujuan pembelajaran. Komponen-komponen model Bella H. Bannaty menjadi acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan, sebagai berikut :
a) Merumuskan tujuan (formulate objectives).
b) Mengembangkan tes (develop test).
c) Menganalisis tugas belajar (analyzing learning task).
d) Mendesain system pembelajaran (design system).
e) Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output).
f) Melakukan perubahan untuk perbaikan (change to improve).

B.     Secara Makro
Model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah.
1.      Model Gagne, Briggs, & Wager.
Komponennya :
• Jenjang Sistem 1
a) Analisis kebutuhan, tujuan kurikuler, dan prioritas kurikulum.
b) Analisis sumber-sumber, hambatan, dan alternative system penyampaian.
c) Penentuan cakupan dan urutan dari kurikulum dan mata ajar serta disain sistem penyampaian .
• Jenjang Mata Ajar
a) Menentukan struktur dan urutan mata ajar.
b) Analisis tujuan umum pembelajaran mata ajar
• Jenjang KBM
a) Merumuskan tujuan pembelajaran/kinerja.
b) Mempersiapkan satuan pelajaran (atau modul).
c) Mengembangkan dan memilih bahan ajar dan media pengukur kinerja peserta.
• Jenjang Sistem 2
a) Didik (menentukan asesmen).
b) Persiapan pengajar.
c) Evaluasi formatif.
d) Uji coba, perbaikan.
e) Evaluasi sumatif.
f) Penggunaan dan penyebaran
2.      Model ADDIE, muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Tahap-tahap model ADDIE (Analysis-Design- Development-Implementation-Evaluation) :
a.       Analysis (analisa kebutuhan, identifikasi masalah, dan identifikasi tugas pembelajaran).
b.      Design (merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR; specific, measurable, applicable, and realistic, menyusun tes, memilih strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat)
c.        Development (mewujudkan desain tadi dalam bentuk nyata, misalnya dengan mencetak modul, kemudian mengembangkan modul dengan sebaik mungkin).
d.      Implementation (langkah nyata menerapkan sistem pembelajaran yang kita buat).
e.       Evaluation (sudah efektifkah sistem pembelajaran yang kita kembangkan).\

3.      Model Dick and Carrey
Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Cerey, yang dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey (dalam, Trianto, 2007: 61). Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model yang dikembangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut.
Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah desain pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
a) Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b) Melaksanakan analisi pembelajaran.
c) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa.
d) Merumuskan tujuan performansi.
e) Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan.
f) Mengembangkan strategi pembelajaran.
g) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran.
h) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.
i) Merevisi bahan pembelajaran.
j) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

4.      Model Kemp
Menurut Kemp (dalam, Trianto, 2007: 53) Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinue. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut.
Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.
Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar. Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:

a.       Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap topiknya.
b.      Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain
c.        Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar.
d.      Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan.
e.       Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topic.
f.       Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan.
g.      Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana pembelajaran.
h.      Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat kesalahankesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

5.      Model DSI-PK (Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian Kompetensi),
yaitu gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi. Karakter utama desain berorientasi pencapaian tujuan adalah :
a) Memuat sejumlah kompetensi yang harus dikuasai siswa.
b) Menekankan proses pengalaman dengan memperhatikan keragaman tiap individu.
c) Evaluasi hasil dan proses belajar.
Prosedur pengembangan DSI-PK terdiri dri tiga bagian penting. Pertama analisis kebutuhan, yakni proses penjaringan informasi tentang kompetensi yang dibutuhkan anak didik sesuai dengan jenjang pendidikan.
Kedua, pengembangan, yakni proses mengorganisasikan materi pelajaran dan pengembangan proses pebelajaran.
Ketiga, pengembangan alat evaluasi, yang memiliki dua fungsi utama yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif

6.      Model IDI (INTRUKSIONAL DEVELOPMENT INSTITUTE).
IDI secara umum memiliki langkah sebagai berikut:

a.       Pembatasan, ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan :
• Karakteristik Siswa,
• Kondisi,
• Sumber-sumber yang relevan
b.      Pengembangan, tujuan yang hendak dicapai.
c.       Penilaian.
Sumber:
1.       Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenanada Media, Jakarta, cet. Ke-1, 2008.
5.      Gambar : http://www.bonastoco.com/images/news/BonastocoTraining.gif.

0 komentar:

Posting Komentar

mohon kritik dan saran
tapi jangan kejam kejam amat yak.huhu