MODEL DAN DESAIN
SISTEM PEMBELAJARAN
A.
Secara Mikro
Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi kelas
biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang hanya
dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih. Menyiapkan pembelajaran yang
menyenangkan dan menantang.
1.
Model PAKEM (Partisipatif , Aktif , Kreatif , Efektif , dan Menyenangkan).
Pembelajaran Partisipatif, yaitu pelibatan siswa secara optimal.
Pembelajaran Aktif, yaitu melibatkan aktifitas siswa (self discovery learning).
Pembelajaran Kreatif, yaitu memotivasi dan memunculkan kreatifitas siswa.
Pembelajaran Efektif, yaitu memberi pengalaman baru agar siswa dapat mencapai tujuan. Pembelajaran Menyenangkan, yaitu siswa belajar tanpa perasaan tertekan (joyfull learning).
Pembelajaran Aktif, yaitu melibatkan aktifitas siswa (self discovery learning).
Pembelajaran Kreatif, yaitu memotivasi dan memunculkan kreatifitas siswa.
Pembelajaran Efektif, yaitu memberi pengalaman baru agar siswa dapat mencapai tujuan. Pembelajaran Menyenangkan, yaitu siswa belajar tanpa perasaan tertekan (joyfull learning).
2.
Model ASSURE, merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas.
Menurut Heinich at.al. (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
Menurut Heinich at.al. (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
·
Analyze Learners (analisis
peserta didik) , disesuaikan dengan tingkat perkembangan , gaya belajar , dan
kebutuhan peserta didik.
·
States Objectives
(menyatakan tujuan), difokuskan pada tujuan kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
·
Select Methods, Media,
and Material (memilih metode, media, dan materi), pemilihan metode yang tepat
dengan tugas pembelajaran, memilih media yang tepat dengan materi yang
disampaikan .
·
Utilize Media and
materials (penggunaan media dan bahan), menggunakan dan mendesaian media
sebagus mungkin agar pembelajaran lebih menarik dan menantang.
·
Require Learner
Participation (partisipasi peserta didik di kelas), partisipasi aktif peserta
didik dalam kelas akan berpengaruh pada pengalaman belajar yang diperoleh selama
proses pembelajaran.
·
Evaluate and Revise (penilaian
dan revisi), melihat seberapa efektif dan efisiennya metode dan media
pembelajaran yang dipakai dalam mencapai tujuan pembelajaran.
3.
Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video
pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya adalah model
Hannafin and Peck. Tahap-tahap dalam model Hannafin and Peck: tahap analisis
keperluan , tahap desain , dan tahap pengembangan dan implementasi.
Penilaian dan evaluasi dilaksanakan dalam setiap tahap.
Tahap-tahap model Hannafin and Peck :
Tahap-tahap model Hannafin and Peck :
·
Tahap analisa kebutuhan: mengidentifikasi kebutuhan yang meliputi
kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran;
a.
tujuan dan objek media pembelajaran yang
dibuat
b.
pengetahuan dan kemahiran yang diperlukan oleh
kelompok sasaran,
c.
peralatan
dan keperluan media pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi,
Hannafin dan Peck menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu
sebelum melanjutkan ke tahap desain.
·
Tahap desain; bertujuan untuk mengidentifikasikan dan
mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media
tersebut (informasi dari tahap analisa kebutuhan). Salah satu dokumen yang
dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang mencakup urutan
aktivitas pembelajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan objek media
pembelajaran seperti yang diperoleh dalam tahap analisis keperluan. Penilaian
perlu dijalankan dalam tahap ini sebelum dilanjutkan ke tahap pengembangan dan
implementasi.
·
Tahap pengembangan dan implementasi; penghasilan diagram alur, pengujian, serta
penilaian formatif (dilakukan sepanjang proses pengembangan media) dan
penilaian sumatif (dilakukan setelah media selesai dikembangkan). Dokumen story
board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu
proses pembuatan media pembelajaran, serta untuk menilai kelancaran media yang
dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian, dan pengujian. Hasil dari
proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses penyesuaian
untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki.
Model ini sangat menekankan proses penilaian dan evaluasi yang mengikutsertakan proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.
Model ini sangat menekankan proses penilaian dan evaluasi yang mengikutsertakan proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.
4.
Model Bella H.
Bannaty, yang berorientasi pada tujuan pembelajaran. Komponen-komponen model
Bella H. Bannaty menjadi acuan dalam menetapkan langkah-langkah pengembangan,
sebagai berikut :
a) Merumuskan tujuan (formulate objectives).
b) Mengembangkan tes (develop test).
c) Menganalisis tugas belajar (analyzing learning task).
d) Mendesain system pembelajaran (design system).
e) Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output).
f) Melakukan perubahan untuk perbaikan (change to improve).
a) Merumuskan tujuan (formulate objectives).
b) Mengembangkan tes (develop test).
c) Menganalisis tugas belajar (analyzing learning task).
d) Mendesain system pembelajaran (design system).
e) Melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output).
f) Melakukan perubahan untuk perbaikan (change to improve).
B.
Secara Makro
Model beroreintasi
sistem yaitu model desain pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem
pembelajaran yang cakupannya luas, seperti desain sistem suatu pelatihan,
kurikulum sekolah.
1. Model Gagne, Briggs, & Wager.
Komponennya :
• Jenjang Sistem 1
a) Analisis kebutuhan, tujuan kurikuler, dan prioritas kurikulum.
b) Analisis sumber-sumber, hambatan, dan alternative system penyampaian.
c) Penentuan cakupan dan urutan dari kurikulum dan mata ajar serta disain sistem penyampaian .
• Jenjang Mata Ajar
a) Menentukan struktur dan urutan mata ajar.
b) Analisis tujuan umum pembelajaran mata ajar
• Jenjang KBM
a) Merumuskan tujuan pembelajaran/kinerja.
b) Mempersiapkan satuan pelajaran (atau modul).
c) Mengembangkan dan memilih bahan ajar dan media pengukur kinerja peserta.
• Jenjang Sistem 2
a) Didik (menentukan asesmen).
b) Persiapan pengajar.
c) Evaluasi formatif.
d) Uji coba, perbaikan.
e) Evaluasi sumatif.
f) Penggunaan dan penyebaran
Komponennya :
• Jenjang Sistem 1
a) Analisis kebutuhan, tujuan kurikuler, dan prioritas kurikulum.
b) Analisis sumber-sumber, hambatan, dan alternative system penyampaian.
c) Penentuan cakupan dan urutan dari kurikulum dan mata ajar serta disain sistem penyampaian .
• Jenjang Mata Ajar
a) Menentukan struktur dan urutan mata ajar.
b) Analisis tujuan umum pembelajaran mata ajar
• Jenjang KBM
a) Merumuskan tujuan pembelajaran/kinerja.
b) Mempersiapkan satuan pelajaran (atau modul).
c) Mengembangkan dan memilih bahan ajar dan media pengukur kinerja peserta.
• Jenjang Sistem 2
a) Didik (menentukan asesmen).
b) Persiapan pengajar.
c) Evaluasi formatif.
d) Uji coba, perbaikan.
e) Evaluasi sumatif.
f) Penggunaan dan penyebaran
2. Model ADDIE, muncul pada tahun 1990-an yang
dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Tahap-tahap model ADDIE
(Analysis-Design- Development-Implementation-Evaluation) :
a.
Analysis (analisa
kebutuhan, identifikasi masalah, dan identifikasi tugas pembelajaran).
b.
Design (merumuskan
tujuan pembelajaran yang SMAR; specific, measurable, applicable, and realistic,
menyusun tes, memilih strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat)
c.
Development (mewujudkan desain tadi dalam
bentuk nyata, misalnya dengan mencetak modul, kemudian mengembangkan modul dengan
sebaik mungkin).
d.
Implementation
(langkah nyata menerapkan sistem pembelajaran yang kita buat).
e.
Evaluation (sudah
efektifkah sistem pembelajaran yang kita kembangkan).\
3. Model Dick and Carrey
Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Cerey, yang dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey (dalam, Trianto, 2007: 61). Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model yang dikembangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut.
Perancangan pengajaran menurut sistem pendekatan model Dick & Cerey, yang dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey (dalam, Trianto, 2007: 61). Model pengembangan ini ada kemiripan dengan model yang dikembangkan Kemp, tetapi ditambah dengan komponen melaksanakan analisis pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perencanaan tersebut.
Model ini termasuk ke
dalam model prosedural. Langkah–langkah desain pembelajaran menurut Dick and
Carey adalah:
a) Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b) Melaksanakan analisi pembelajaran.
c) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa.
d) Merumuskan tujuan performansi.
e) Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan.
f) Mengembangkan strategi pembelajaran.
g) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran.
h) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.
i) Merevisi bahan pembelajaran.
j) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
a) Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b) Melaksanakan analisi pembelajaran.
c) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa.
d) Merumuskan tujuan performansi.
e) Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan.
f) Mengembangkan strategi pembelajaran.
g) Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran.
h) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.
i) Merevisi bahan pembelajaran.
j) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
4. Model Kemp
Menurut Kemp (dalam, Trianto, 2007: 53) Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinue. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut.
Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.
Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar. Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
Menurut Kemp (dalam, Trianto, 2007: 53) Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinue. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus tersebut.
Pengembangan perangkat model Kemp memberi kesempatan kepada para pengembang untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun karena kurikulum yang berlaku secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan.
Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar. Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
a.
Menentukan tujuan dan
daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk pembelajaran tiap topiknya.
b.
Menganalisis
karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain
c.
Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar.
d.
Menentukan isi materi
pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan.
e.
Pengembangan
prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang pelajar dan
pemberian level pengetahuan terhadap suatu topic.
f.
Memilih aktivitas
pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan atau menentukan strategi
belajar-mengajar, jadi siswa siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang
diharapkan.
g.
Mengkoordinasi
dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi personalia,
fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan rencana
pembelajaran.
h.
Mengevaluasi
pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan pembelajaran serta melihat
kesalahankesalahan dan peninjauan kembali beberapa fase dari perencanaan yang
membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
5. Model DSI-PK (Desain Sistem Instruksional
Berorientasi Pencapaian Kompetensi),
yaitu gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi. Karakter utama desain berorientasi pencapaian tujuan adalah :
a) Memuat sejumlah kompetensi yang harus dikuasai siswa.
b) Menekankan proses pengalaman dengan memperhatikan keragaman tiap individu.
c) Evaluasi hasil dan proses belajar.
Prosedur pengembangan DSI-PK terdiri dri tiga bagian penting. Pertama analisis kebutuhan, yakni proses penjaringan informasi tentang kompetensi yang dibutuhkan anak didik sesuai dengan jenjang pendidikan.
Kedua, pengembangan, yakni proses mengorganisasikan materi pelajaran dan pengembangan proses pebelajaran.
Ketiga, pengembangan alat evaluasi, yang memiliki dua fungsi utama yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
yaitu gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik mengenai proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi. Karakter utama desain berorientasi pencapaian tujuan adalah :
a) Memuat sejumlah kompetensi yang harus dikuasai siswa.
b) Menekankan proses pengalaman dengan memperhatikan keragaman tiap individu.
c) Evaluasi hasil dan proses belajar.
Prosedur pengembangan DSI-PK terdiri dri tiga bagian penting. Pertama analisis kebutuhan, yakni proses penjaringan informasi tentang kompetensi yang dibutuhkan anak didik sesuai dengan jenjang pendidikan.
Kedua, pengembangan, yakni proses mengorganisasikan materi pelajaran dan pengembangan proses pebelajaran.
Ketiga, pengembangan alat evaluasi, yang memiliki dua fungsi utama yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
6. Model IDI (INTRUKSIONAL DEVELOPMENT
INSTITUTE).
IDI secara umum memiliki langkah sebagai berikut:
IDI secara umum memiliki langkah sebagai berikut:
a.
Pembatasan, ada 3 hal
yang perlu dipertimbangkan :
• Karakteristik Siswa,
• Kondisi,
• Sumber-sumber yang relevan
• Karakteristik Siswa,
• Kondisi,
• Sumber-sumber yang relevan
b.
Pengembangan, tujuan
yang hendak dicapai.
c.
Penilaian.
Sumber:
1. Wina
Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana Prenanada Media,
Jakarta, cet. Ke-1, 2008.
5. Gambar :
http://www.bonastoco.com/images/news/BonastocoTraining.gif.
0 komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran
tapi jangan kejam kejam amat yak.huhu