Analisis
Kebutuhan, Pembelajaran, dan Karakter Siswa
1. Kebutuhan
Kebutuhan adalah kesenjangan
keadaan saat ini dibandingkan dengan keadaan yang seharusnya. Dengan kata lain,
setiap keadaan yang kurang dari yang seharusnya menunjukan adanya kebutuhan.
2. Analisis
Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan
aktivitas ilmiah untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat
proses pembelajaran guna memilih dan menentukan media yang tepat dan relevan
mencapai tujuan pembelajaran dan mengarah pada peningkatan mutu pendidikan. Analisis
kebutuhan ditujukan untuk menentukan keperluan atau harapan yang ingin dimiliki
warga belajar, setelah warga belajar menyelesaikan suatu jenjang pendidikan.
Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penurunan kualitas dari kualifikasi yang
harus dipenuhi.
Contoh
a. Kebutuhan
lulusan PGSM Pendidikan Bahasa Indonesia yang mahir membuat TPK pengajaran
Bahasa Indonesia yang memenuhi komponen dari kriteria.
b. Kebutuhan
lulusan SLTP yang dapat membuat ringkasan cerita pendek.
Analisis ini dilaksanakan agar
tidak terjadi penyimpangan dari yang seharusnya dikuasai.
3. Analisis
Pembelajaran
Menurut Abdul Razak (2011:2),
analisis pembelajaran merupakan proses penjabaran prilaku umum menuju ke
perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Dengan tersusunnya
gambaran prilaku khusus dari yang paling awal hingga akhir. Selanjutnya menurut
Dick dan Carrey (dalam Abdul Razak, 2011:4), analisis pembelajaran adalah
seperangkat prosedur yang bisa diterapkan dalam suatu tujuan pembelajaran
menghasilkan identifikasi
langkah-langkah yang relevan bagi
penyelengaraan suatu tujuan dan kemampuan subordinat yang dibutuhkan
oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan. Jadi analisis pembelajaran adalah proses
menjabarkan kompetensi umum menjadi kompetensi khusus yang tersusun secara
logis dan sistematik.
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk
mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku
umum secara lebih terperinci. Dari susunan tersebut jelas kedudukan perilaku
khusus yang dilakukan terlebih dahulu dari perilaku yang lain karena berbagai
hal. Dengan melakukan analisis pembelajaran, akan tergambar susunan kompetensi
khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun
susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa
kompetensi umum yang tercantum dalam tujuan pembelajaran umum dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Dengan perkataan lain, melalui tahap
perilaku-perilaku khusus tertentu siswa akan mencapai perilaku umum. Perilaku khusus
yang telah tersusun secara sistematik menuju perilaku umum itu laksana jalan
yang singkat yang harus dilalui siswa untuk mencapi tujuannya dengan baik.
4. Jenis
Struktur Perilaku
Bila prilaku umum diuraikan menjadi
prilaku khusus akan terdapat empat macam susunan yaitu
a. Struktur
Hierarkhikal
Struktur yang hierarkhikal adalah
kedudukan dua prilaku yang menunjukan bahwa salah satu prilaku hanya dapat
dilakukan bila telah dikuasai prilaku yang lain.
Contoh
1) Kedudukan
prilaku menetapkan Statistika Lanjutan dan menerapkan Statistika Dasar.
2) Kedudukan
prilaku mengukur luas sebidang tanah tertentu terhadap mengukur prilaku panjang
benda.
3) Kedudukan
prilaku mengambil keputusan terhadap prilaku menganalisis alternatif pemecahan
masalah.
b. Struktur
Prosedural
Strukutur prilaku prosedural adalah
kedudukan beberapa prilaku yang menunjukkan satu seri urutan penampilan prilaku,
tetapi tidak ada yang menjadi prilaku prasyarat untuk yang lain.
Contoh
1) Dalam
melakukan prilaku umum lari cepat.
2) Dalam
menggunakan OHP.
3) Dalam
mengetik dan menggunakan mesin ketik biasa.
c. Struktur
Pengelompokan
Struktur pengelompokan yaitu prilaku
khusus yang tidak mempunyai ketegantungan antara satu dengan yang lain walaupun
semuanya berhubungan. Contohnya dalam menunjukan batas-batas provinsi.
d. Struktur
Kombinasi
Struktur kombinasi yaitu suatu
prilaku umum yang bila diuraikan menjadi prilaku khusus sebagian besar akan
terstruktur secara kombinasi antara struktur hirarkhikal, prosedural, dan
pengelompokan.
5. Prosedur
Analisis Pembelajaran
a. Menuliskan
prilaku umum yang telah ada dalam tujuan pembelajaran umum untuk mata pelajaran
yang sedang dikembangkan.
b. Menuliskan
setiap prilaku khusus yang merupakan
bagian dari prilaku umum.
c. Membuat
prilaku khusus kedalam daftar urutan yang logis dari prilaku umum.
d. Menambahkan
prilaku khusus atau perlu dikurangi.
e. Setiap
prilaku khusus ditulis dalam lembar kartu atau kertas ukuran 3x5 cm.
f. Kemudian
kartu disusun dengan menempatkannya dalam struktur hirarkhis prosedural, atau
dikelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu lain.
g. Bila
perlu ditambah dengan prilaku khusus lain atau dikurangi sesuai kedudukan
masing-masing.
h. Letak
prilaku digambarkan dalam bentuk kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai dengan
letak kartu yang telah disusun.
i.
Hubungkan kotak-kotak yang telah
digambar dengan garis-garis vertikal dan horizontal untuk menyatakan
hirarhikal, prosedural, dan pengelompokan.
j.
Meneliti kemungkinan hubungan prilaku
umum yang satu dengan yang lain atau prilaku khusus yang berada di bawah
prilaku umum yang berbeda.
k. Memberi
nomor urut pada setiap prilaku khusus dimulai dari yang terjauh hingga yang
terdekat dari prilaku umum.
6. Prilaku
dan Karakteristik Siswa
Kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik siswa
dalam mengembangkan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa
adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut.
Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel pengajaran. Variabel ini
didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek
ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, kemampuan berpikir, dan
kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya.
Karakteristik sangat menentukan dalam proses pemilihan
strategi pengolahan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran,
khususnya komponen-komponen, strategi pengajaran agar sesuai dengan
karakteristik perseorangan siswa.
Dua
macam informasi diperlukan agar bisa menyusun program pengajaran dengan baik.
Pertama
: “obyektif” atau tujuan instruksional khusus.
Kedua :
kemampuan awal dan karakteristik siswa.
“Objektif”
atau tujuan instruksional khusus adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa manakala ia telah
selesai mengikuti suatu
program pengajaran. Sedang
yang dimaksud dengan kemampuan awal dan karakterisrik siswa adalah kemampuan
dan ketrampilan yang relevan, termasuk di dalamnya yang lain-lain latar
belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan
mulai mengikuti suatu program pengajaran.
Problem
sering terjadi bahwa para penyusun desain instruktursional maupun para guru
atau pendidik keliru di dalam
memperkirakan kemampuan dan keadaan siswa. Kadang-kadang perkiraan itu terlalu
rendah (under estimate), namun
kadang perkiraan itu terlalu tinggi (over estimate). Manakala terjadi problem pertama dimana guru
memperkirakan kemampuan siswa terlalu rendah, maka akan terjadi bahwa ia
mengerjakan sesuatu yang tidak perlu. Dengan kejadian ini terjadi penghamburan
waktu yang sangat berguna bahkan membuat siswa bosan. Sedangkan manakala terjadi bahwa guru
memperkirakan terlalu tinggi akan kemampuan siswa yang akan diajarnya, maka
siswa tersebut akan tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang diperlukan
dan siswa akan mengalami kesulitan didalam mengikuti pelajaran tersebut.
Dalam
hal ini guru perlu memberikan pengejaran pendahuluan untuk menyiapkan siswa
agar dapat dengan mudah mengikuti pelajaran yang dimaksud. Untuk mengatasi problem-problem
tersebut, guru perlu memiliki keterampilan di dalam
menganalisis kemampuan dan karakteristik siswa. Bagaimana caranya? Adalah menjadi kelaziman bahwa para guru
atau pendidik untuk mencatat atau memperhatikan akan adanya perbedaan-perbedaan individual
diantara para siswanya. Mereka
mengetahui bahwa siswa datang
ke sekolah dengan membawa berbagai bekal
kemampuan. Mereka
mengetahui pula bahwa para siswa
datang dari berbagai latar belakang keluarga
yang berbeda-beda.
Di
dalam menyusun rencana pengajaran, adalah sukar untuk dapat sepenuhnya melayani
masing-masing individual yang satu sama lain berbeda tersebut. Oleh karena itu,
cara yang terbaik adalah menyusun rencana pengajaran yang sebaik-baiknya yang
dapat memenuhi keadaan siswa yang sebanyak-banyaknya. Oleh karena itulah pengetahuan, kemampuan atau keterampilan dalam “menganalisis kemampuan
awal dan karakteristik siswa” sangat penting baik bagi para penyusun desain
instruksional, para guru maupun para ahli media dan teknologi pendidikan. Di dalam menganalisis karakteristik
siswa, ada tiga hal yang perlu diperhatikan.
1. Karakteristik atau keadaan yang berkenaan
dengan kemampuan awal atau “prerequisite skills” seperti : kemampuan
intelektual, kemampuan berfikir, mengucapkan, dan kemampuan gerak atau “psychomotor skills”, misalnya keterampilan menggerakkan tangan, kaki, dan badan.
2. Karakteristik yang berhubungan dengan
latar belakang dan status sosial dan kebudayaan (sociocultural).
3. Karakteristik
yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan
kepribadian seperti: sikap, perasaan, minat, dan sebagainya.
Kegunaaan mengetahui semua aspek keadaan
individu siswa tersebut adalah
untuk dapat memilih pola-pola pengajaran yang lebih baik, yang paling menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa. Para guru,
para ahli media dan teknologi pendidikan, hendaknya
dapat menganalisis keadaan siswa dengan mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang
perlu disampaikan, begaimana
mendapatkan jawab atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan kemudian dapat
menafsirkannya dalam arti menjelmakannya dalam strategi instruksional yang
sesuai dengan keadaan siswa. Dengan demikian prinsip penyusunan desain instruksional
yang sebaik-baiknya untuk setiap individu akan melengkapi prinsip penyusunan desain instruksional yang paling baik
untuk siswa yang paling
banyak.
7. Teknik
Analisis Karakteristik Awal Siswa
Pada dasarnya analisis
karakteristik siswa dilaksanakan dengan kita mengetahui kemampuan awal dan
lain-lain informasi yang dapat kita peroleh dari siswa tersebut.
Dalam hal ini bias dikemukakan adanya
empat teknik yaitu
a. Dengan
menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang tersedia. Dokumen yang dimaksud
misalnya nilai Surat Tanda Tamat Belajar (STTB), nilai rapor, nilai tes
intelegensi, dan nilai tes masuk. Catatan-catatan mengenai prestasi dalamn berbagai
bidang kegiatan yang pernah diperoleh, kesemuanya merupakan informasi yang
sangat berguna untuk mengetahui keadaan siswa.
b. Dengan
menggunakan tes prasyarat dan tes awal. Tes prasyarat adalah tes untuk
mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan yang
diperlukan atau disyaratkan untuk mengikuti suatu pelajaran. Sedangkan tes awal
adalah tes untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan atau
keterampilan mengenai ajaran yang hendak diikuti. Sangat baik sekali bagi guru
untuk mengadakan pre tes sebelum memulai suatu unit pelajaran. Hasil pre tes
sangat berguna di samping untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan yang telah
dimiliki juga berguna sebagai perbandingan dengan hasil yang dicapai setelah
mengikuti pelajaran.
c. Dengan
mengadakan konsultasi individual. Dengan mengadakan konsultasi individual
terhadap siswa, amak guru akan lebih dapat mengadakan pendekatan secara
personal untuk guru memperoleh informasi mengenai minat, sikap, keinginan
siswa, dan sebagainya.
d. Dengan
menyampakan angket atau questionnaire. Angket bisa disusun kemudian disampaikan
kepada siswa misalnya untuk mengetahui gaya belajar mereka. Gaya belajar ada
bermacam-macam misalnya: dependent, independent, competitive, participant, dan
sebagainya. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru akan dapat menyusun
rencana pembelajaran sesuai dengan keadaan kelompok siswa tersebut. Misalnya
bila kebanyakan gaya belajar siswa dalam suatu kelas adalah independent, adalah
tepat sekali kalau guru menyusun strategi instruksional yang memungkinkan siswa
belajar sesuai dengan kecepatan dan kesempatan masing-masing.
KEPUSTAKAAN
Gafur, Abdul. 1980. Desain Instruksional. Solo: Tiga Serangkai.
Suparman, Atwi dan Purwanto. 1997. Analisis Pembelajaran. Jakarta:
Depdikbud.
Razak, Abdul. 2011. Analisis Pembelajaran dan Identifikasi Perilaku dan Karakterisitik Awal
Siswa.
Setijdadi. 1992. Disain Instruksional. Padang: UNP Press.
0 komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran
tapi jangan kejam kejam amat yak.huhu