Senin, 04 Maret 2013

Analisis Kebutuhan, Pembelajaran, dan Karakter Siswa


Analisis Kebutuhan, Pembelajaran, dan Karakter Siswa
1.      Kebutuhan
Kebutuhan adalah kesenjangan keadaan saat ini dibandingkan dengan keadaan yang seharusnya. Dengan kata lain, setiap keadaan yang kurang dari yang seharusnya menunjukan adanya kebutuhan.

2.      Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan aktivitas ilmiah untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran guna memilih dan menentukan media yang tepat dan relevan mencapai tujuan pembelajaran dan mengarah pada peningkatan mutu pendidikan. Analisis kebutuhan ditujukan untuk menentukan keperluan atau harapan yang ingin dimiliki warga belajar, setelah warga belajar menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penurunan kualitas dari kualifikasi yang harus dipenuhi.
Contoh
a.       Kebutuhan lulusan PGSM Pendidikan Bahasa Indonesia yang mahir membuat TPK pengajaran Bahasa Indonesia yang memenuhi komponen dari kriteria.
b.      Kebutuhan lulusan SLTP yang dapat membuat ringkasan cerita pendek.
Analisis ini dilaksanakan agar tidak terjadi penyimpangan dari yang seharusnya dikuasai.

3.      Analisis Pembelajaran
Menurut Abdul Razak (2011:2), analisis pembelajaran merupakan proses penjabaran prilaku umum menuju ke perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Dengan tersusunnya gambaran prilaku khusus dari yang paling awal hingga akhir. Selanjutnya menurut Dick dan Carrey (dalam Abdul Razak, 2011:4), analisis pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang bisa diterapkan dalam suatu tujuan pembelajaran menghasilkan  identifikasi langkah-langkah yang relevan bagi  penyelengaraan suatu tujuan dan kemampuan subordinat yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan. Jadi analisis pembelajaran adalah proses menjabarkan kompetensi umum menjadi kompetensi khusus yang tersusun secara logis dan sistematik.
Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat menggambarkan perilaku umum secara lebih terperinci. Dari susunan tersebut jelas kedudukan perilaku khusus yang dilakukan terlebih dahulu dari perilaku yang lain karena berbagai hal. Dengan melakukan analisis pembelajaran, akan tergambar susunan kompetensi khusus dari yang paling awal sampai yang paling akhir. Baik jumlah maupun susunan perilaku tersebut akan memberikan keyakinan kepada pengajar bahwa kompetensi umum yang tercantum dalam tujuan pembelajaran umum dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dengan perkataan lain, melalui tahap perilaku-perilaku khusus tertentu siswa akan mencapai perilaku umum. Perilaku khusus yang telah tersusun secara sistematik menuju perilaku umum itu laksana jalan yang singkat yang harus dilalui siswa untuk mencapi tujuannya dengan baik.

4.      Jenis Struktur Perilaku
Bila prilaku umum diuraikan menjadi prilaku khusus akan terdapat empat macam susunan yaitu
a.       Struktur Hierarkhikal
Struktur yang hierarkhikal adalah kedudukan dua prilaku yang menunjukan bahwa salah satu prilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai prilaku yang lain.
Contoh
1)      Kedudukan prilaku menetapkan Statistika Lanjutan dan menerapkan Statistika Dasar.
2)      Kedudukan prilaku mengukur luas sebidang tanah tertentu terhadap mengukur prilaku panjang benda.
3)      Kedudukan prilaku mengambil keputusan terhadap prilaku menganalisis alternatif pemecahan masalah.
b.      Struktur Prosedural
Strukutur prilaku prosedural adalah kedudukan beberapa prilaku yang menunjukkan satu seri urutan penampilan prilaku, tetapi tidak ada yang menjadi prilaku prasyarat untuk yang lain.
Contoh
1)      Dalam melakukan prilaku umum lari cepat.
2)      Dalam menggunakan OHP.
3)      Dalam mengetik dan menggunakan mesin ketik biasa.
c.       Struktur Pengelompokan 
Struktur pengelompokan yaitu prilaku khusus yang tidak mempunyai ketegantungan antara satu dengan yang lain walaupun semuanya berhubungan. Contohnya dalam menunjukan batas-batas provinsi.
d.      Struktur Kombinasi
Struktur kombinasi yaitu suatu prilaku umum yang bila diuraikan menjadi prilaku khusus sebagian besar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hirarkhikal, prosedural, dan pengelompokan.

5.      Prosedur Analisis Pembelajaran
a.       Menuliskan prilaku umum yang telah ada dalam tujuan pembelajaran umum untuk mata pelajaran yang sedang dikembangkan.
b.      Menuliskan  setiap prilaku khusus yang merupakan bagian dari prilaku umum.
c.       Membuat prilaku khusus kedalam daftar urutan yang logis dari prilaku umum.  
d.      Menambahkan prilaku khusus atau perlu dikurangi.
e.       Setiap prilaku khusus ditulis dalam lembar kartu atau kertas ukuran 3x5 cm.
f.       Kemudian kartu disusun dengan menempatkannya dalam struktur hirarkhis prosedural, atau dikelompokan menurut kedudukan masing-masing terhadap kartu lain.
g.      Bila perlu ditambah dengan prilaku khusus lain atau dikurangi sesuai kedudukan masing-masing.
h.      Letak prilaku digambarkan dalam bentuk kotak-kotak diatas kertas lebar sesuai dengan letak kartu yang telah disusun.
i.        Hubungkan kotak-kotak yang telah digambar dengan garis-garis vertikal dan horizontal untuk menyatakan hirarhikal, prosedural, dan pengelompokan.
j.        Meneliti kemungkinan hubungan prilaku umum yang satu dengan yang lain atau prilaku khusus yang berada di bawah prilaku umum yang berbeda.
k.      Memberi nomor urut pada setiap prilaku khusus dimulai dari yang terjauh hingga yang terdekat dari prilaku umum.

6.      Prilaku dan Karakteristik Siswa
Kegiatan menganalisis perilaku dan karakteristik siswa dalam mengembangkan pembelajaran merupakan pendekatan yang menerima siswa apa adanya dan menyusun sistem pembelajaran atas dasar keadaan siswa tersebut. Karakteristik siswa merupakan salah satu variabel pengajaran. Variabel ini didefenisikan sebagai aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa. Aspek-aspek ini bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, kemampuan berpikir, dan kemampuan awal (hasil belajar) yang telah dimilikinya.
Karakteristik sangat menentukan dalam proses pemilihan strategi pengolahan, yang berkaitan dengan bagaimana menata pengajaran, khususnya komponen-komponen, strategi pengajaran agar sesuai dengan karakteristik perseorangan siswa.
Dua macam informasi diperlukan agar bisa menyusun program pengajaran dengan baik.
Pertama : “obyektif” atau tujuan instruksional khusus.
Kedua      : kemampuan awal dan karakteristik siswa.
“Objektif” atau tujuan instruksional khusus adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa manakala ia telah selesai mengikuti suatu program pengajaran. Sedang yang dimaksud dengan kemampuan awal dan karakterisrik siswa adalah kemampuan dan ketrampilan yang relevan, termasuk di dalamnya yang lain-lain latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan mulai mengikuti suatu program pengajaran.
Problem sering terjadi bahwa para penyusun desain instruktursional maupun para guru atau pendidik keliru di dalam memperkirakan kemampuan dan keadaan siswa. Kadang-kadang perkiraan itu terlalu rendah (under estimate), namun kadang perkiraan itu terlalu tinggi (over estimate). Manakala terjadi problem pertama dimana guru memperkirakan kemampuan siswa terlalu rendah, maka akan terjadi bahwa ia mengerjakan sesuatu yang tidak perlu. Dengan kejadian ini terjadi penghamburan waktu yang sangat berguna bahkan membuat siswa bosan. Sedangkan manakala terjadi bahwa guru memperkirakan terlalu tinggi akan kemampuan siswa yang akan diajarnya, maka siswa tersebut akan tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang diperlukan dan siswa akan mengalami kesulitan didalam mengikuti pelajaran tersebut.
Dalam hal ini guru perlu memberikan pengejaran pendahuluan untuk menyiapkan siswa agar dapat dengan mudah mengikuti pelajaran yang dimaksud. Untuk mengatasi problem-problem tersebut, guru perlu memiliki keterampilan di dalam menganalisis kemampuan dan karakteristik siswa. Bagaimana caranya? Adalah menjadi kelaziman bahwa para guru atau pendidik untuk mencatat atau memperhatikan akan adanya perbedaan-perbedaan individual diantara para siswanya. Mereka mengetahui bahwa siswa datang ke sekolah dengan membawa berbagai bekal kemampuan. Mereka mengetahui pula bahwa para siswa datang dari berbagai latar belakang keluarga yang berbeda-beda.
Di dalam menyusun rencana pengajaran, adalah sukar untuk dapat sepenuhnya melayani masing-masing individual yang satu sama lain berbeda tersebut. Oleh karena itu, cara yang terbaik adalah menyusun rencana pengajaran yang sebaik-baiknya yang dapat memenuhi keadaan siswa yang sebanyak-banyaknya. Oleh karena itulah pengetahuan, kemampuan atau keterampilan dalam “menganalisis kemampuan awal dan karakteristik siswa” sangat penting baik bagi para penyusun desain instruksional, para guru maupun para ahli media dan teknologi pendidikan. Di dalam menganalisis karakteristik siswa, ada tiga hal yang perlu diperhatikan.
1.      Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal atau “prerequisite skills” seperti : kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, mengucapkan, dan kemampuan gerak atau “psychomotor skills”, misalnya keterampilan menggerakkan tangan, kaki, dan badan.
2.      Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial dan kebudayaan (sociocultural).
3.       Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti: sikap, perasaan, minat, dan sebagainya.
Kegunaaan mengetahui semua aspek keadaan individu siswa tersebut adalah untuk dapat memilih pola-pola pengajaran yang lebih baik, yang paling menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa. Para guru, para ahli media dan teknologi pendidikan, hendaknya dapat menganalisis keadaan siswa dengan mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu disampaikan, begaimana mendapatkan jawab atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan kemudian dapat menafsirkannya dalam arti menjelmakannya dalam strategi instruksional yang sesuai dengan keadaan siswa. Dengan demikian prinsip penyusunan desain instruksional yang sebaik-baiknya untuk setiap individu akan melengkapi prinsip penyusunan desain instruksional yang paling baik untuk siswa yang paling banyak.
7.      Teknik Analisis Karakteristik Awal Siswa
Pada dasarnya analisis karakteristik siswa dilaksanakan dengan kita mengetahui kemampuan awal dan lain-lain informasi yang dapat kita peroleh dari siswa tersebut.
Dalam hal ini bias dikemukakan adanya empat teknik yaitu
a.       Dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang tersedia. Dokumen yang dimaksud misalnya nilai Surat Tanda Tamat Belajar (STTB), nilai rapor, nilai tes intelegensi, dan nilai tes masuk. Catatan-catatan mengenai prestasi dalamn berbagai bidang kegiatan yang pernah diperoleh, kesemuanya merupakan informasi yang sangat berguna untuk mengetahui keadaan siswa.
b.      Dengan menggunakan tes prasyarat dan tes awal. Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan atau disyaratkan untuk mengikuti suatu pelajaran. Sedangkan tes awal adalah tes untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan atau keterampilan mengenai ajaran yang hendak diikuti. Sangat baik sekali bagi guru untuk mengadakan pre tes sebelum memulai suatu unit pelajaran. Hasil pre tes sangat berguna di samping untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan yang telah dimiliki juga berguna sebagai perbandingan dengan hasil yang dicapai setelah mengikuti pelajaran.
c.       Dengan mengadakan konsultasi individual. Dengan mengadakan konsultasi individual terhadap siswa, amak guru akan lebih dapat mengadakan pendekatan secara personal untuk guru memperoleh informasi mengenai minat, sikap, keinginan siswa, dan sebagainya.
d.      Dengan menyampakan angket atau questionnaire. Angket bisa disusun kemudian disampaikan kepada siswa misalnya untuk mengetahui gaya belajar mereka. Gaya belajar ada bermacam-macam misalnya: dependent, independent, competitive, participant, dan sebagainya. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru akan dapat menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan keadaan kelompok siswa tersebut. Misalnya bila kebanyakan gaya belajar siswa dalam suatu kelas adalah independent, adalah tepat sekali kalau guru menyusun strategi instruksional yang memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan kesempatan masing-masing.





















KEPUSTAKAAN
Gafur, Abdul. 1980. Desain Instruksional. Solo: Tiga Serangkai.
Suparman, Atwi dan Purwanto. 1997. Analisis Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Razak, Abdul. 2011. Analisis Pembelajaran dan Identifikasi Perilaku dan Karakterisitik Awal Siswa.
Setijdadi. 1992. Disain Instruksional. Padang: UNP Press.

0 komentar:

Posting Komentar

mohon kritik dan saran
tapi jangan kejam kejam amat yak.huhu