Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau
rangkaian kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh,
baik dengan cara lisan maupun tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir. Sedangkan dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai
dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan
tanda seru (!). Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun
tertulis, harus memiliki sebuah subjek (S) dan sebuah predikat (P). Kalau tidak
memiliki kedua unsur tersebut, pernyataan itu bukanlah kalimat melainkan hanya
sebuah frasa. Itulah yang membedakan frasa dengan kalimat.
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya
mempunyai satu pola kalimat. contoh : aku pergi latihan teater besama
teman-teman di taman kota selong CONTOH :ayah membaca koran di ruang tamu
contoh : ibu memasak nasi di dapur pada siang hari
Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai
dua pola kalimat atau lebih. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata
penghubungyang
berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat
kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
1.
Kalimat Majemuk Setara
2.
Kalimat Majemuk Rapatan
3.
Kalimat Majemuk Bertingkat
4.
Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua
kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi),
kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:
Konjungsi
|
Jenis
|
penggabungan
|
Dan
|
penguatan/Penegasan
|
Bahkan
|
pemilihan
|
Atau
|
berlawanan
|
di lanjutkan pada sebuah kalimat majemuk yang kedua (sedangkan)
|
urutan waktu
|
kemudian, lalu, lantas
|
Contoh:
1.
Juminten pergi ke pasar. (kalimat tunggal 1)
2.
Norif berangkat ke bengkel. (kalimat tunggal 2)
§ Juminten pergi ke pasar
sedangkan Norif berangkat ke bengkel. (kalimat majemuk)
§ Norif berangkat ke bengkel
sedangkan Juminten pergi ke pasar. (kalimat majemuk)
Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan
beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka
bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
1.
Pekerjaannya hanya makan. (kalimat tunggal 1)
2.
Pekerjaannya hanya tidur. (kalimat tunggal 2)
3.
Pekerjaannya hanya merokok. (kalimat tunggal 3)
§ Pekerjaannya hanya makan,
tidur, dan merokok. (kalimat majemuk rapatan)
Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan
dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam
kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak
kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi),
kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yakni:
Konjungsi
|
Jenis
JOTANNN
|
syarat
|
jika, kalau, manakala,
andaikata, asal(kan)
|
tujuan
|
agar, supaya, biar
|
perlawanan (konsesif)
|
walaupun,
kendati(pun), biarpun
|
penyebaban
|
sebab, karena, oleh karena
|
pengakibatan
|
maka, sehingga
|
cara
|
dengan, tanpa
|
alat
|
dengan, tanpa
|
perbandingan
|
seperti, bagaikan,
alih-alih
|
penjelasan
|
Bahwa
|
kenyataan
|
Padahal
|
Contoh:
1.
Kemarin ayah mencuci motor. (induk kalimat)
2.
Ketika matahari berada di ufuk timur. (anak kalimat
sebagai pengganti keterangan waktu)
§ Ketika matahari berada di
ufuk timur, ayah mencuci motor. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
§ Ayah mencuci motor ketika
matahari berada di ufuk timur. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan
antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
1.
Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2.
Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2,
induk kalimat)
3.
Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai
pengganti keterangan waktu)
§ Toni bermain dengan Kevin,
dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang ke rumahnya. (kalimat majemuk
campuran)
Dalam sebuah kalimat yang
baik dan benar terdapat beberapa syarat yang harus diketahui, secara sederhana
bisa dikatakan di mulai dari pemilihan kata atau yang sering disebut dengan
diksi dan penggunaan ejaan, sedangakan yang kedua adalah dari segi struktur dan
cirinya. Untuk syaratnya masih ada banyak lagi definisi dari para ahli yang
mengemukakan tentang syarat dari kalimat efektif tersebut di
http://namakuaku.wordpress.com.
Kalau untuk cirinya tentunya ada beberapa hal yang bisa diketahui. Ciri-cirinya terdiri dari, kesepadanan, kepararelan, kehematan, kecermatan, kepadanan, dan kelogisan.
Untuk lebih detail tentang penjelasan dari kalimat tersebut, Anda bisa melihat di http://namakuaku.wordpress.com. Di sana Anda bisa menemukan beberapa definisi singkat dari para pakar bahasa dan beberapa contoh mengenai ciri-ciri cari kalimat yang baik dan benar yang telah sedikit di bicarakan di atas.
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2270076-kalimat-yang-baik-dan-benar/#ixzz29N925OZM
Kalau untuk cirinya tentunya ada beberapa hal yang bisa diketahui. Ciri-cirinya terdiri dari, kesepadanan, kepararelan, kehematan, kecermatan, kepadanan, dan kelogisan.
Untuk lebih detail tentang penjelasan dari kalimat tersebut, Anda bisa melihat di http://namakuaku.wordpress.com. Di sana Anda bisa menemukan beberapa definisi singkat dari para pakar bahasa dan beberapa contoh mengenai ciri-ciri cari kalimat yang baik dan benar yang telah sedikit di bicarakan di atas.
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2270076-kalimat-yang-baik-dan-benar/#ixzz29N925OZM
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula, karena
apa yang difikirkan dan dirasakan oleh pembaca dapat diterima dan dipahami oleh
pendengar. Sebuah kalimat dikatakan efektif apabila mencapai sasaran dengan
baik sebagai sarana komunikasi.
Ciri Kalimat Efektif
1. Kesepadanan
Kesepadanan adalah keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Menurut Putrayasa (2007:
54) kesepadanan bisa dibentuk jika ada keselarasan antara subjek-predikat,
predikat-objek, dan predikat-keterangan. Sehingga kesatuan gagasan yang akan
disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca atau pendengar.
Kesepadanan sebuah kalimat ditandai oleh
beberapa hal, yaitu:
1. Memiliki subjek yang jelas (kata
depan di, dari, dalam, kepada daripada, sebagai, mengenai, dan menurut tidak
boleh mengawali subjek, kecuali seluruh kata depan tersebut berfungsi sebagai
keterangan.
Contoh:.
- Kepada para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di
sekretariat.
Kalimat- di atas subjeknya kurang jelas
karena diantar oleh kata depan. Oleh karena itu, kata depan harus dihilangkan
sehingga menjadi:
Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di
sekretariat.
2. Memiliki Predikat yang jelas
(Predikat kalimat tidak didahului kata Yang)
- Rumah kami yang terletak di kampung Neglasari RT
01/01.
- Rumah kami terletak di kampung
Neglasari RT 01/01.
3. Tidak boleh ada subjek ganda pada
sebuah kalimat.
- Soal itu saya kurang jelas.
- Pekerjaan itu saya kurang cocok.
Pembenaran :
- Soal itu bagi saya kurang jelas.
- Pekerjaan itu bagi saya kurang
cocok.
4. Kata penghubung intrakalimat
tidak boleh digunakan dalam awal kalimat tunggal.
- Tidak semua data ditampilkan. Karena lokasi penelitian sangat sulit
dijangkau.
- Tidak semua data ditampilkan,
karena lokasi penelitian sangat sulit dijangkau.
2. Kesamaan
Kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, bila dalam suatu kalimat menggunakan bentuk nomina
berarti seterusnya menggunakan nomina. Apabila bentuk pertama menggunakan
verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
- harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes
Kalimat di atas tidak memiliki
kesejajaran karena terbentuk dari bentuk kata yang berbeda, yaitu dibekukan dan
kenaikan. Oleh karena itu, kalimat ini harus disejajarkan bentuknya, menjadi:
- harga minyak dibekukan atau dinaikan secara luwes
3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah
hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu (Arifin dan Tasai 2006:106). Akan tetapi, bukan berarti
menghilangkan kata atau frasa yang dapat memperjelas kalimat.
Menurut Arifin dan Tasai
(2006:106) kalimat hemat memiliki beberapa kriteria, yaitu
1. Penghematan dapat dilakukan
dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh
- Karena ia tidak diundang ia tidak datang ke tempat itu.
- Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui presiden datang.
Perbaikannya
- Karena tidak diundang, ia tidak datang
ke tempat itu.
- Hadirin serentak berdiri setelah
mengetahui bahwa presiden datang.
2. Penghematan dapat dilakukan
dengan menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata.
Contoh:
- Ia memakai baju warna merah.
- Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Perubahannya :
- Ia memakai baju merah
- Di mana engkau menangkap pipit
itu?
3. Penghematan dengan cara
menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:
- Dia hanya membawa badannya saja.
- Sejak dari pagi dia bermenung.
Perbaikannya:
- Dia hanya membawa badannya.
- Sejak pagi dia bermenung.
4. Penghematan dapat dilakukan
dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak, misalnya:
- Para tamu-tamu
- Beberapa orang-orang
Perbaikannya:
- Para tamu
- Beberapa orang
4. Kecermatan
Kecermatan adalah kalimat yang tidak
menimbulkan penafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata (Arifin dan Tasai,
2006:105).
Contoh :
a. mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
b. Dia menerima uang sebanyak dua
puluh lima ribuan.
Kalimat a) memiliki makna ganda, yaitu
siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi.
Kalimat b) memiliki makna ganda, yaitu
berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut
Yang diceritakan menceritakan tentang
putra-putri raja, para lulubalang, dan para mentri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena
dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu
dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja,
para lulubalang, dan para menteri.
5. Kepaduan
Kepadua adalah kepaduan pernyataan dalam
kalimat itu sehingga maksud atau informasi yang disampaikan tidak
terpecah-pecah (sistematis) (Arifin dan Tasai, 2006:106). Kepaduan dalam
kalimat ditandai dengan hal sebagai berikut.
1. Kalimat padu mempergunakan pola
aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat
pasif persona.
- Surat itu saya sudah baca.
- Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Perbaikannya
- Surat itu sudah saya baca.
- Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
2. Tidak menyisipkan kata diantara
predikat dan objek
- Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
- Pemerintah menaikkan bagi harga BBM sebesar 20%.
Perbaikannya
- Mereka membicarakan kehendak rakyat.
- Pemerintah menaikkan harga BBM sebesar
20%.
6. Kelogisan
Menurut Arifin dan Tasai, ( 2006:106),
yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh
akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di bawah ini.
- Waktu dan tempat kami persilakan.
- Untuk mempersingkat waktu, kita teruskan acara ini.
Perbaikannya :
- Bapak kepala sekolah kami persilakan.
- Untuk menghemat waktu, kita teruskan acara ini.
PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan
atau tulis yang memiliki sekurang-kurangnya subjek dan predikat. Bagi seorang
pendengar atau pembaca, kalimat adalah kesatuan kata yang mengandung makna atau
pikiran. Sedangkan bagi penutur atau penulis, kalimat adalah satu kesatuan
pikiran atau makna yang diungkapkan dalam kesatuan kata.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian edektif dalam kalimat adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa:
1.Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001)
3.Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4.Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian edektif dalam kalimat adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa:
1.Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001)
3.Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4.Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan
pembicara atau penulis sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Syarat-sayarat :
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Contoh kalimat efektif :
1. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
2. Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
Syarat-sayarat :
1. KESATUAN GAGASAN
Memiliki subyek,predikat, serta unsur-unsur lain ( O/K) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
Di dalam keputusan itu merupakan kebijaksanaan yang dapat membantu keselamatan umum.
Kalimat ini tidak memiliki kesatuan karena tidak didukung subyek. Unsur di dalam keputusan itu bukanlah subyek, melainkan keterangan. Ciri bahwa unsur itu merupakan keterangan ditandai oleh keberadaan frase depan di dalam (ini harus dihilangkan).
2. KESEJAJARAN
Memiliki kesamaan bentukan/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan di-, bagian kalimat yang lainnya pun harus menggunakan di- pula.
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
Kalimat tersebut tidak memiliki kesejajaran antara predikat-predikatnya. Yang satu menggunakan predikat aktif, yakni imbuhan me-, sedang yang satu lagi menggunakan predikat pasif, yakni menggunakan imbuhan di-.
Kalimat itu harus diubah :
1. Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan
2. Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan.
3. KEHEMATAN
Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu. Kata-kata yang berlebih. Penggunaan kata yang berlebih hanya akan mengaburkan maksud kalimat.
Bunga-bunga mawar, anyelir, dan melati sangat disukainya.
Pemakaian kata bunga-bunga dalam kalimat di atas tidak perlu. Dalam kata mawar,anyelir,dan melati terkandung makna bunga.
Kalimat yang benar adalah:
Mawar,anyelir, dan melati sangat disukainya.
4. PENEKANAN
Kalimat yang dipentingkan harus diberi penekanan.
Caranya:
• Mengubah posisi dalam kalimat, yakni dengan cara meletakkan bagian yang penting di depan kalimat.
Contoh :
1. Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain
2. Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
• Menggunakan partikel; penekanan bagian kalimat dapat menggunakan partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh :
1. Saudaralah yang harus bertanggung jawab dalam soal itu.
2. Kami pun turut dalam kegiatan itu.
3. Bisakah dia menyelesaikannya?
• Menggunakan repetisi, yakni dengan mengulang-ulang kata yang dianggap penting.
Contoh :
Dalam membina hubungan antara suami istri, antara guru dan murid, antara orang tua dan anak, antara pemerintah dan rakyat, diperlukan adanya komunikasi dan sikap saling memahami antara satu dan lainnya.
• Menggunakan pertentangan, yakni menggunakan kata yang bertentangan atau berlawanan makna/maksud dalam bagian kalimat yang ingin ditegaskan.
Contoh :
1. Anak itu tidak malas, tetapi rajin.
2. Ia tidak menghendaki perbaikan yang sifatnya parsial, tetapi total dan menyeluruh.
5. KELOGISAN
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Dalam hal ini hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh :
Waktu dan tempat saya persilakan.
Kalimat ini tidak logis/tidak masuk akal karena waktu dan tempat adalah benda mati yang tidak dapat dipersilakan. Kalimat tersebut harus diubah misalnya ;
Bapak penceramah, saya persilakan untuk naik ke podium.
Contoh kalimat efektif :
1. Saran yang di kemukakannya kami akan pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
2. Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
Ciri-ciri kalimat efektif:
1. KESEPADANAN STRUKTUR BAHASA
• Kesepadanan ialah keseimbangan antara gagasan dan struktur
bahasa yang digunakan.
• Kesepadanan kalimat dibangun melalui kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan pikiran yang baik.
• Kesatuan menunjuk bahwa dalam satu kalimat hendaknya hanya
ada satu ide pokok.
• Satu ide pokok tidak diartikan sebagai ide tunggal, tetapi
ide yang dapat dikembangkan ke dalam beberapa ide penjelas.
BEBERAPA CIRI KESEPADANAN
• Mempunyai struktur jelas.
• Kejelasan subjek dan predikat dapat dilakukan dengan tidak
menggunakan kata depan: di, dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang,
mengenai, menurut, dan sebagainya yang ditempatkan di depan subjek.
• Tidak terdapat subjek ganda.
• Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh-contoh Kesepadanan
• Kepada setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki
surat izin mengemudi = subyeknya tidak jelas.
• Tentang kelangkaan pupuk mendapat keterangan para petani.
à unsur S-P-O tidak berkaitan erat
Mestinya…
• Setiap pengendara mobil di Surabaya harus memiliki surat
izin mengemudi.
• Para petani mendapat keterangan tentang kelangkaan pupuk.
2. KEPARALELAN ATAU KESEJAJARAN BENTUK
• Keparalelan atau kesejajaran bentuk adalah terdapatnya
unsur-unsur yang sama derajatnya, sama pola atau susunan kata dan frasa yang
dipakai di dalam kalimat.
• Bila bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua dan
seterusnya juga harus menggunakan nomina.
• Demikian pula bila menggunakan bentuk-bentuk lain.
Contoh-contoh Kepararelan:
1. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah pengecatan
tembok, memasang lampu, pengujian sistem pembagian air, dan menata ruang.
2. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara wajar
3. KETEGASAN ATAU PENEKANAN KATA
• Merupakan perlakuan khusus pada kata tertentu dalam
kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan.
• Ada beberapa cara penekanan dalam kalimat:
1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu pada awal kalimat
2. Melakukan pengulangan (repetisi)
3. Melakukan pengontrasan kata kunci
4. Menggunakan partikel penegas
Penekanan Kata :
1. Menempatkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.
Sumitro
menjelaskan bahwa manusia mempunyai kecenderungan tidak puas.
Persoalan
itu dapat diselesaikan dengan mudah.
2. Repetisi
– Saudara-saudara, kita tidak
suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak
suka dibodohi
– Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan
mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tapi
juga dimensi politik, dimensi sosial,
dan dimensi budaya
3. Pengontrasan kata kunci
– Informasi ini tidak bersifat sementara, tetapi
bersifat tetap.
– Peserta kegiatan ini adalah laki-laki,
bukan perempuan.
4. Partikel Penegas
– Andalah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah
itu
– Meskipun hujan turun, Ia tetap bersemangat berangkat
ke sekolah
4. KEHEMATAN KATA
Kehematan adalah
upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu jadi kata menjadi padat
berisi.
Dapat dilakukan dengan cara:
Menghilangkan
pengulangan subyek
Menghindarkan pemakaian
superordinat pada hiponimi kata
Menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat
Kehematan dengan tidak
menjamakkan kata yang sudah jamak
Contoh Menghilangkan pengulangan subyek
Karena ia tak diundang,
dia tidak dating ke tempat itu.
Mestinya menggilangkan kata ia
Contoh Menghindarkan pemakaian superordinate pada hiponimi
kata
Mira adalah gadis yang
memakai bajuwarna merah
Mestinya menggilangkan kata warna
Contoh Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat
Jangan naik ke atas
karena licin.
Mestinya menggilangkan kata ke atas
Kehematan dengan tidak menjamakkan kata yang sudah jamak
Ia mengambil semua
jeruk-jeruk yang masih ada di meja.
5.KESATUAN GAGASAN
Kesatuan gagasan adalah
terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.
Contoh:
Berdasarkan agenda
sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru.
6.KELOGISAN
Kelogisan adalah
terdapatnya arti kalimat yang logis/masuk akal dan penulisannya sesuai EYD.
Contoh:
Karena lama tinggal di
asrama putra, anaknya semua laki-laki
Kepada ibu Intha, waktu
dan tempat kami persilakan.
Jalur ini terhambat
oleh iring-iringan jenazah.
KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat
mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan
gagasan yang sama tepatnya di dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang
dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
SYARAT KALIMAT EFEKTIF :
a. Bentukan kata harus sesuai EYD
b. Struktur kalimat tepat
c. Kesejajaran
d. Kontaminasi
e. Pleonasme
f. Menggunakan kata baku
g. Kelogisan
h. Selalu menggunakan EYD
SYARAT KALIMAT EFEKTIF :
a. Bentukan kata harus sesuai EYD
b. Struktur kalimat tepat
c. Kesejajaran
d. Kontaminasi
e. Pleonasme
f. Menggunakan kata baku
g. Kelogisan
h. Selalu menggunakan EYD
A. Bentukan kata
Salah satu penyebab kalimat tidak efektif adalah penggunaan bentukan kata berimbuhan yang tidak tepat.
Contoh:
1. Anak-anak melempari batu ke dalam sungai.
2. Guru menugaskan siswanya membuat karangan.
Kalimat-kalimat tersebut tidak efektif karena menggunakan kata berimbuhan yang tidak tepat. Akhiran –i pada kata melempari pada kalimat 1 membutuhkan objek yang bergerak, sedangkan akhiran –kan pada kata menugaskan membutuhkan objek yang diam.
Perbaikannya :
1. Anak-anak melemparkan batu ke dalam sungai.
2. Guru menugasi siswanya membuat karangan.
Salah satu penyebab kalimat tidak efektif adalah penggunaan bentukan kata berimbuhan yang tidak tepat.
Contoh:
1. Anak-anak melempari batu ke dalam sungai.
2. Guru menugaskan siswanya membuat karangan.
Kalimat-kalimat tersebut tidak efektif karena menggunakan kata berimbuhan yang tidak tepat. Akhiran –i pada kata melempari pada kalimat 1 membutuhkan objek yang bergerak, sedangkan akhiran –kan pada kata menugaskan membutuhkan objek yang diam.
Perbaikannya :
1. Anak-anak melemparkan batu ke dalam sungai.
2. Guru menugasi siswanya membuat karangan.
B. Struktur kalimat
Penyebab lain ketidakefektifan kalimat adalah pemakaian struktur kalimat yang tidak tepat. Misalnya, penempatan subjek dan predikat yang tidak jelas.
Contoh:
1. Di antara ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat.
2. Kalau lulus ujian, maka saya akan mengadakan syukuran.
Kalimat 1 tersebut tidak efektif karena tidak ada subjeknya. Subjek kalimat tersebut terganggu oleh adanya preposisi di. Sementara pada kalimat 2 induk kalimat saya akan mengadakan syukuran terganggu oleh munculnya konjungsi maka.
Perbaikannya :
1. a. Ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat
b. Di antara ketiga anaknya terdapat perbedaan sifat
2. Kalau lulus ujian, saya akan mengadakan syukuran.
C. Kesejajaran
Kesejajaran berarti kesamaan bentuk kata yang digunakandalam kalimat. Bila bentuk pertama menggunakan kata kerja, bentuk selanjutnya juga harus kata kerja. Dan seterusnya.
Contoh:
1. Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2. Kegiatan hari ini adalah mengedit karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
Perbaikannya :
1. Tugas para pekerja itu adalah pengecatan rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2. Kagiatan hari ini adalah pengeditan karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
Penyebab lain ketidakefektifan kalimat adalah pemakaian struktur kalimat yang tidak tepat. Misalnya, penempatan subjek dan predikat yang tidak jelas.
Contoh:
1. Di antara ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat.
2. Kalau lulus ujian, maka saya akan mengadakan syukuran.
Kalimat 1 tersebut tidak efektif karena tidak ada subjeknya. Subjek kalimat tersebut terganggu oleh adanya preposisi di. Sementara pada kalimat 2 induk kalimat saya akan mengadakan syukuran terganggu oleh munculnya konjungsi maka.
Perbaikannya :
1. a. Ketiga anaknya memiliki perbedaan sifat
b. Di antara ketiga anaknya terdapat perbedaan sifat
2. Kalau lulus ujian, saya akan mengadakan syukuran.
C. Kesejajaran
Kesejajaran berarti kesamaan bentuk kata yang digunakandalam kalimat. Bila bentuk pertama menggunakan kata kerja, bentuk selanjutnya juga harus kata kerja. Dan seterusnya.
Contoh:
1. Tugas para pekerja itu adalah mengecat rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2. Kegiatan hari ini adalah mengedit karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
Perbaikannya :
1. Tugas para pekerja itu adalah pengecatan rumah, perbaikan saluran air, dan pemasangan pagar.
2. Kagiatan hari ini adalah pengeditan karangan yang masuk dan perbaikan kata-kata yang salah.
D. Kontaminasi
Dalam bidang bahasa, kontaminasi berarti kerancuan atau kekacauan penggunaan kata, frasa, maupun kalimat.
Contoh:
1. Di yayasan itu dipelajarkan berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengeyampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah dibaca oleh saya.
Pada kalimat 1 dan 2 terdapat kerancuan bentuk kata dipelajarkan dan mengeyampingkan sedangkan pada kalimat 3 terjadi kerancuan bentuk kalimat pasif.
Perbaikannya:
1. a. Di yayasan itu diajarkan berbagai keterampilan wanita.
b. Di yayasan itu dipelajari berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengesampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah saya baca.
E. Pleonasme
Gejala pleonasme berarti menggunakan kata-kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
1. Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2. Kesehatannya telah pulih kembali.
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata yang berlebihan. Pada kalimat 1 kata zaman = waktu = kala, jadi cukup digunakan salah satu saja, sedangkan pada kalimat kedua kata pulih = kembali seperti semula.
Perbaikannya :
1. Pada zaman dahulu, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2. Kesehatannya telah pulih.
Dalam bidang bahasa, kontaminasi berarti kerancuan atau kekacauan penggunaan kata, frasa, maupun kalimat.
Contoh:
1. Di yayasan itu dipelajarkan berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengeyampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah dibaca oleh saya.
Pada kalimat 1 dan 2 terdapat kerancuan bentuk kata dipelajarkan dan mengeyampingkan sedangkan pada kalimat 3 terjadi kerancuan bentuk kalimat pasif.
Perbaikannya:
1. a. Di yayasan itu diajarkan berbagai keterampilan wanita.
b. Di yayasan itu dipelajari berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengesampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah saya baca.
E. Pleonasme
Gejala pleonasme berarti menggunakan kata-kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
1. Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2. Kesehatannya telah pulih kembali.
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata yang berlebihan. Pada kalimat 1 kata zaman = waktu = kala, jadi cukup digunakan salah satu saja, sedangkan pada kalimat kedua kata pulih = kembali seperti semula.
Perbaikannya :
1. Pada zaman dahulu, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2. Kesehatannya telah pulih.
0 komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran
tapi jangan kejam kejam amat yak.huhu