Sabtu, 27 Oktober 2012

membaca sastra


BAB II
PEMBAHASAN
1.    Membaca Sastra
Menurut Tarigan suatu karya sastra dapat dikatakan indah apabila baik dari segi bentuknya maupun dari segi isinya terdapat keserasian,keharmonisan yang satu dengan yang lainnya. Apabila seseorang dapat mengerti seluk-beluk bahasa dalam suatu karya sastra maka seakin mudah dia memahami isinya serta menikmati keindahannya.
A.   Norma-norma Karya Sastra
Agar suatu karya itu dapat dikatakan indah maka haruslah mematuhi norma-norma yang ada antara lain:
1). Norma-norma kritis
Norma ini merupakan norma yang digunakan untuk membuktikan bahwa karya sastra itu mempunyai norma atau standar-standar tertentu yang dapat digunakan untuk menyaksikan bahwa ide-ide yang digunakan dalam karya sastra itu bukanlah ide yang merugikan.
2). Norma-norma estetis
      Apresiasi terhadap suatu karya sastra bukan saja sikap intelek manusia saja tetapi juga spirit serta emosi diri sendiri atau norma-norma tersebut dapat membantu kita dalam menentukan kualitas-kualitas yang membuatnya menjadi suatu karya sastra yang bermanfaat serta dapat menarik perhatian.
      Suatu karya sastra dikatakan dapat memenuhi tuntutan estetis kalau karya sastra itu:
a). Karya itu dapat menghidupkan ilmu pengetahuan kita.
b). Karya itu dapat membuat kita dapat hidup lebih lama dan kaya akan pengetahuan.
c). Karya itu membaca kita untuk lebih akrab dengan kebudayaan.


3). Norma-norma sastra
      Karya-karya kreatif agung dunia mengandung kualitas tertentu. Suatu karya kreatif dapat dianggap dan diakui sebagai suatu karya seni kalau:
a). Karya itu membuat kita merealisasi beberapa kebenaran mengenai dunia sekitar kita.
b). Karya itu bebas dan tidak terikat pada waktu dan tempat.
c). Karya itu memberikan sumbangan pada kenikmatan kita.
d). Karya itu merupakan suatu yang indah.
4). Norma-norma moral
      Suatu karya menampilkan tokoh yang bermoral sangat menusuk hati dan menyerang kesopanan manusia yang normal, maka karya itu tidak berhak masuk pada pandangan dan fisik kita.

B.   Bahasa Indah dan Bahasa Sastra
Perbedaan antara bahasa ilmiah dengan bahasa sastra adalah:
Bahasa ilmiah            : Bahasa yang pada umunya bersifat denotatif, biasanya digunakan untuk laporan-laporan penelitian, dalam bidang kimia  dan fisika , karena itu merupakan fakta, bukan perasaan.
Bahasa sastra            : Bahasa yang pada umumnya bersifat konotatif , biasanya terdapat pada cerpen, puisi dan pidato karena tulisan-tulisan seperti itu biasanya mengharapkan hal-hal yang berhubungan dengan emosi.

C.   Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang terdapat dalam suatu karya sastra mencakup tiga hal yaitu:
1). Gaya bahasa yang sama-sama membuat komperasi atau pertandingan tetapi dengan cara berbeda.
      a). Jenis gaya bahasa yang pertandingannya paling singkat ,padat dan tersusun rapi.
      Contoh:
                        Jinak-jinak merpati
                        Memburu untung
                        Ditimpa celaka

            Gaya bahasa kesamaan adalah suatu komperasi antara dua hal yang pada dasarnya tidak sama, mungkin saja secara menyolok sama dalam beberapa hal, yang menjelaskan maksud utama penulis.
      Contoh:
      Pendiam
      Mereka terlihat bak batu negeri yang tandus
      Pendek
      Para gembala sadeni adalah orang-orang yang asli
2). Hubungan
            Sinekdone dan metonomia merupakan gaya bahasa yang saling berhubungan. Sinekdone memberi nama pada suatu bagian apabila yang dimaksud adalah keseluruhan. Metonomia adalah keseluruhan pengganti sebagian.
      Contoh:
                        Berjuta-juta
                        Tangan-tangan
                        ABRI
3). Pernyataan
      Pernyataan mencakup tiga bagian:
a). Pernyataan yang berlebihan (hiperbola)
                  Gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan dengan maksud memberikan penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruh.
b). Di kecilkan (litotes)
                  Gaya bahasa yang mengandung pertanyaan yang dikecilkan, dikarangkan dari pernyataan sebenarnya.
      Contoh:
      H.B. jasin bukan kritikus jalanan
      Mohamed Ali bukanlah petinju yang jelek
c). Ironi
                  gaya Bahasa yang mengaplikasikan sesuatu yang berbeda bahkan ada yang bertentangan dari hal yang sebenarnya.

2.    Standar kesastraan
Standar kesastraan menurut Tarigan
      Pemilihan kata dalam suatu karya memang merupakan hal yang sangat penting. Pilihan kata yang tepat, dapat mendorong pembaca untuk berfikir kontruktif, sebagai seniman yang kreatif maka pengarang sangat sensitive terhadap kekuatan dan keindahan kata-kata. Kesastraan dapat diklarifikasikan dalam berbagai cara yaitu:
a.    Puisi atau prosa
b.    Fakta atau fiksi
c.    Klasik modern
d.    Subjek dan objektif
e.    Eksposisi dan normative
Adapun kemungkinan seseorang kritikus sastra menyanjung dan menghidupkan suatu buku. Kalau sebuah buku dapat diresensi jelek dari kritikus maka harapanpun akan pudar. Tetapi kalau pendapat resensi yang baik dari kritikus,maka hakikinya pun akan melonjak tinggi pula.

3.    Resensi Buku
Resensi kritis menurut Tarigan
      Agar dapat informasi mengenai apa yang difikirkan serta apa yang dituliskan oleh pengarang dalam kehidupan, maka seseorang dapat membaca melalui resensi kritis mengenai fiksi maupun nonfiksi. Membaca resensi kritis akan dapat membantu kita untuk mempelajari secara cepat standar-standar sastra yang bermutu tinggi.
     

Kegunaan resensi kritis.
a.    Mengetengahkan komentar-komentar mengenai kesegaran eksposis atau cerita, memberikan pertimbangan serta penilaian betapa baiknya tugas itu dilaksanakan, dipandang dari segi maksud dan tujuan sang pengarang.
b.    Mengutamakan komentar-komentar mengenai gaya, bentuk serta nilai dan manfaat kesastraan umum.
c.    Memberikan suatu rangkuman pandangan, pendirian, atau point of
d.    Mengemukakan fakta-fakta untuk menunjang pertimbangan da penilaiannya serta analisis isi dengan jalan mengutip atau menunjukan secara langsung pada halaman-halaman tertentu dalam buku atau artikel-artikel.

4.    Fiksi dan Nonfiksi
A.   Fiksi
Menurut Tarigan
            Pengertian fiksi adalah suatu istilah yang digunakan untuk memberikan uraian yang bersifat historis dari uraian yang bersifat historis. Dengan penunjuk khusus dan penekanan pada segi sastra.
            Tujuan dari penulisan fiksi adalah untuk membuat para pembaca kritis dan cermat serta teliti terhadap bagian-bagian pengalaman manusia yang terpilih dan terkontrol, sehingga dia dapat menemukan ide dan perasaan yang dimiliki oleh sang pengenal kehidupan pada umumnya, menentukan serta faham yang dapat disebut sebagai “visi” sang penulis.
            Dalam cerita fiksi perlu diperhatikan prinsip-prinsip teknis:
a.    Permulaan dan eksposisis
b.    Pemberian dan latar
c.    Suasana
Dari segi cara pembuatan fiksi, hal yang perlu diperhatikan adalah:
a.    Kemampuan penelitian menyaring
b.    Focus pusat
c.    Sudut pandang
d.    Gaya
e.    Eksposisi, awal, penjelasan
f.     Gerakan
g.    Konflik dan pertentangan
Jenis-jenis fiksi, cara mengklarifikasikannya adalah:
a.    Berdasarkan bentuk
Fiksi dapat dibagi kepada empat golongan:
·         Roman
·         Cerita pendek
·         Novel
·         Cerita yang lebih pendek lagi
b.    Berdasarkan isi
Fiksi dapat dibagi atas delapan jenis:
·         Imperasional
·         Romantic
·         Sosialisasi
·         Naturalis
·         Ekspresional
·         Simbolisme
·         Realism

B.   Nonfiksi
Nonfiksi adalah cerita atau kisah dimana kemungkinan mengandung bagian-bagian yang justru berlebih-lebihan, karena pandangan yang berat sebelah.

5.    Membaca Novel
Menurut Harjasujana
      Yang dimaksud dengan membaca novel adalah suatu kisah yang terjadi pada tempat tertentu, dimana pada tokoh di dalam sebuah novel sesuai dengan pola lingkungan yang telah ditentukan.

Tujuan membaca novel:
a.    Untuk melukiskan tempat orang yang berperan.
b.    Untuk menunjukan kepada anda keadaan para pelaku sebagaimana tempat dalam suasana perorangan dan suasana yang saling berhubungan.
Langkah-langkah membaca novel:
a.    Mengamati pelaku
Dalam novel selalu ada pelaku, setiap pelaku merupakan individu yang mempunyai kepribadian yang khusus. Jika kita mengamati dengan seksama, maka dapat memahami tujuan yang disampaikan oleh si pengarang.
b.    Menyadap
Menyadap dalam pengertian membaca novel adalah menampung atau mendengarkan pembicaraan secara diam-diam setiap pembaca mesti melakukan penyadapan terhadap novel yang dibacanya.
c.    Memperhatikan adegan cerita
Tidak semua atau tidak seorangpun dapat mengingat semua yang disajikan dalam sebuah novel. Karena kesan umum biasanya lebih menarik daripada efek yang diberikan oleh detail yang sangat terperinci. Namun tidak berate perincian sebuah novel tidak penting.
d.    Menyadari interprestasi simbolik
Diantara novel yang tergolong baik ada yang memerlukan interpemetaforis agar pembaca memahami dengan baik. Tidak sedikit novel yang memerlukan pengetahuan tentang berbagai hasil penelitian yang dapat memberikan petunjuk untuk memahami maknanya.
e.    Membaca ulang novel
Sehabis membaca novel masih ada yang perlu dilakukan yakni membaca ulang sebuah novel yang berjam-jam lamanya. Dengan membaca kembali novel itu pembaca mendapat kesempatan melihat buku itu lewat sorotan yang mungkin sangat berbeda.

0 komentar:

Posting Komentar

mohon kritik dan saran
tapi jangan kejam kejam amat yak.huhu