BAB
II
PEMBAHASAN
1. Membaca
Sastra
Menurut Tarigan
suatu karya sastra dapat dikatakan indah apabila baik dari segi bentuknya
maupun dari segi isinya terdapat keserasian,keharmonisan yang satu dengan yang
lainnya. Apabila seseorang dapat mengerti seluk-beluk bahasa dalam suatu karya
sastra maka seakin mudah dia memahami isinya serta menikmati keindahannya.
A. Norma-norma
Karya Sastra
Agar suatu karya itu dapat dikatakan indah maka haruslah
mematuhi norma-norma yang ada antara lain:
1).
Norma-norma kritis
Norma
ini merupakan norma yang digunakan untuk membuktikan bahwa karya sastra itu
mempunyai norma atau standar-standar tertentu yang dapat digunakan untuk
menyaksikan bahwa ide-ide yang digunakan dalam karya sastra itu bukanlah ide
yang merugikan.
2).
Norma-norma estetis
Apresiasi terhadap suatu karya sastra bukan saja sikap intelek
manusia saja tetapi juga spirit serta emosi diri sendiri atau norma-norma
tersebut dapat membantu kita dalam menentukan kualitas-kualitas yang membuatnya
menjadi suatu karya sastra yang bermanfaat serta dapat menarik perhatian.
Suatu karya sastra dikatakan dapat memenuhi tuntutan estetis
kalau karya sastra itu:
a). Karya itu dapat
menghidupkan ilmu pengetahuan kita.
b).
Karya itu dapat membuat kita dapat hidup lebih lama dan kaya akan pengetahuan.
c). Karya itu membaca kita
untuk lebih akrab dengan kebudayaan.
3).
Norma-norma sastra
Karya-karya kreatif agung dunia mengandung kualitas tertentu.
Suatu karya kreatif dapat dianggap dan diakui sebagai suatu karya seni kalau:
a).
Karya itu membuat kita merealisasi beberapa kebenaran mengenai dunia sekitar
kita.
b).
Karya itu bebas dan tidak terikat pada waktu dan tempat.
c).
Karya itu memberikan sumbangan pada kenikmatan kita.
d).
Karya itu merupakan suatu yang indah.
4).
Norma-norma moral
Suatu karya menampilkan tokoh yang bermoral sangat menusuk hati
dan menyerang kesopanan manusia yang normal, maka karya itu tidak berhak masuk
pada pandangan dan fisik kita.
B. Bahasa
Indah dan Bahasa Sastra
Perbedaan antara bahasa ilmiah dengan bahasa sastra
adalah:
Bahasa
ilmiah : Bahasa yang pada
umunya bersifat denotatif, biasanya digunakan untuk laporan-laporan penelitian,
dalam bidang kimia dan fisika , karena
itu merupakan fakta, bukan perasaan.
Bahasa
sastra : Bahasa yang pada
umumnya bersifat konotatif , biasanya terdapat pada cerpen, puisi dan pidato
karena tulisan-tulisan seperti itu biasanya mengharapkan hal-hal yang
berhubungan dengan emosi.
C. Gaya
Bahasa
Gaya bahasa yang terdapat dalam suatu karya sastra
mencakup tiga hal yaitu:
1).
Gaya bahasa yang sama-sama membuat komperasi atau pertandingan tetapi dengan
cara berbeda.
a). Jenis gaya bahasa yang pertandingannya
paling singkat ,padat dan tersusun rapi.
Contoh:
Jinak-jinak merpati
Memburu untung
Ditimpa celaka
Gaya bahasa kesamaan adalah suatu
komperasi antara dua hal yang pada dasarnya tidak sama, mungkin saja secara
menyolok sama dalam beberapa hal, yang menjelaskan maksud utama penulis.
Contoh:
Pendiam
Mereka terlihat bak batu negeri yang
tandus
Pendek
Para gembala sadeni adalah orang-orang
yang asli
2).
Hubungan
Sinekdone dan metonomia merupakan
gaya bahasa yang saling berhubungan. Sinekdone memberi nama pada suatu bagian
apabila yang dimaksud adalah keseluruhan. Metonomia adalah keseluruhan
pengganti sebagian.
Contoh:
Berjuta-juta
Tangan-tangan
ABRI
3).
Pernyataan
Pernyataan mencakup tiga bagian:
a). Pernyataan yang
berlebihan (hiperbola)
Gaya bahasa yang mengandung
pernyataan yang berlebihan dengan maksud memberikan penekanan pada suatu pernyataan
atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruh.
b). Di kecilkan (litotes)
Gaya bahasa yang mengandung
pertanyaan yang dikecilkan, dikarangkan dari pernyataan sebenarnya.
Contoh:
H.B. jasin bukan kritikus jalanan
Mohamed Ali bukanlah petinju yang jelek
c).
Ironi
gaya Bahasa yang
mengaplikasikan sesuatu yang berbeda bahkan ada yang bertentangan dari hal yang
sebenarnya.
2. Standar
kesastraan
Standar kesastraan menurut Tarigan
Pemilihan kata dalam suatu
karya memang merupakan hal yang sangat penting. Pilihan kata yang tepat, dapat
mendorong pembaca untuk berfikir kontruktif, sebagai seniman yang kreatif maka
pengarang sangat sensitive terhadap kekuatan dan keindahan kata-kata.
Kesastraan dapat diklarifikasikan dalam berbagai cara yaitu:
a. Puisi
atau prosa
b. Fakta
atau fiksi
c. Klasik
modern
d. Subjek
dan objektif
e. Eksposisi
dan normative
Adapun
kemungkinan seseorang kritikus sastra menyanjung dan menghidupkan suatu buku.
Kalau sebuah buku dapat diresensi jelek dari kritikus maka harapanpun akan
pudar. Tetapi kalau pendapat resensi yang baik dari kritikus,maka hakikinya pun
akan melonjak tinggi pula.
3. Resensi
Buku
Resensi kritis menurut Tarigan
Agar dapat informasi
mengenai apa yang difikirkan serta apa yang dituliskan oleh pengarang dalam
kehidupan, maka seseorang dapat membaca melalui resensi kritis mengenai fiksi
maupun nonfiksi. Membaca resensi kritis akan dapat membantu kita untuk
mempelajari secara cepat standar-standar sastra yang bermutu tinggi.
Kegunaan
resensi kritis.
a. Mengetengahkan
komentar-komentar mengenai kesegaran eksposis atau cerita, memberikan
pertimbangan serta penilaian betapa baiknya tugas itu dilaksanakan, dipandang
dari segi maksud dan tujuan sang pengarang.
b. Mengutamakan
komentar-komentar mengenai gaya, bentuk serta nilai dan manfaat kesastraan
umum.
c. Memberikan
suatu rangkuman pandangan, pendirian, atau point of
d. Mengemukakan
fakta-fakta untuk menunjang pertimbangan da penilaiannya serta analisis isi
dengan jalan mengutip atau menunjukan secara langsung pada halaman-halaman
tertentu dalam buku atau artikel-artikel.
4. Fiksi
dan Nonfiksi
A. Fiksi
Menurut
Tarigan
Pengertian
fiksi adalah suatu istilah yang digunakan untuk memberikan uraian yang bersifat
historis dari uraian yang bersifat historis. Dengan penunjuk khusus dan
penekanan pada segi sastra.
Tujuan dari penulisan fiksi adalah
untuk membuat para pembaca kritis dan cermat serta teliti terhadap
bagian-bagian pengalaman manusia yang terpilih dan terkontrol, sehingga dia
dapat menemukan ide dan perasaan yang dimiliki oleh sang pengenal kehidupan
pada umumnya, menentukan serta faham yang dapat disebut sebagai “visi” sang
penulis.
Dalam cerita fiksi perlu
diperhatikan prinsip-prinsip teknis:
a. Permulaan
dan eksposisis
b. Pemberian
dan latar
c. Suasana
Dari segi cara pembuatan
fiksi, hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Kemampuan
penelitian menyaring
b. Focus
pusat
c. Sudut
pandang
d. Gaya
e. Eksposisi,
awal, penjelasan
f. Gerakan
g. Konflik
dan pertentangan
Jenis-jenis fiksi, cara
mengklarifikasikannya adalah:
a. Berdasarkan
bentuk
Fiksi dapat dibagi kepada
empat golongan:
·
Roman
·
Cerita pendek
·
Novel
·
Cerita yang lebih pendek lagi
b. Berdasarkan
isi
Fiksi dapat dibagi atas
delapan jenis:
·
Imperasional
·
Romantic
·
Sosialisasi
·
Naturalis
·
Ekspresional
·
Simbolisme
·
Realism
B. Nonfiksi
Nonfiksi adalah cerita atau kisah dimana kemungkinan
mengandung bagian-bagian yang justru berlebih-lebihan, karena pandangan yang
berat sebelah.
5. Membaca
Novel
Menurut Harjasujana
Yang dimaksud dengan membaca
novel adalah suatu kisah yang terjadi pada tempat tertentu, dimana pada tokoh
di dalam sebuah novel sesuai dengan pola lingkungan yang telah ditentukan.
Tujuan membaca novel:
a. Untuk
melukiskan tempat orang yang berperan.
b. Untuk
menunjukan kepada anda keadaan para pelaku sebagaimana tempat dalam suasana
perorangan dan suasana yang saling berhubungan.
Langkah-langkah
membaca novel:
a. Mengamati
pelaku
Dalam novel selalu ada pelaku, setiap pelaku merupakan
individu yang mempunyai kepribadian yang khusus. Jika kita mengamati dengan
seksama, maka dapat memahami tujuan yang disampaikan oleh si pengarang.
b. Menyadap
Menyadap dalam pengertian membaca novel adalah menampung
atau mendengarkan pembicaraan secara diam-diam setiap pembaca mesti melakukan
penyadapan terhadap novel yang dibacanya.
c. Memperhatikan
adegan cerita
Tidak semua atau tidak seorangpun dapat mengingat semua
yang disajikan dalam sebuah novel. Karena kesan umum biasanya lebih menarik
daripada efek yang diberikan oleh detail yang sangat terperinci. Namun tidak
berate perincian sebuah novel tidak penting.
d. Menyadari
interprestasi simbolik
Diantara novel yang tergolong baik ada yang memerlukan
interpemetaforis agar pembaca memahami dengan baik. Tidak sedikit novel yang
memerlukan pengetahuan tentang berbagai hasil penelitian yang dapat memberikan
petunjuk untuk memahami maknanya.
e. Membaca
ulang novel
Sehabis membaca novel masih ada yang perlu dilakukan
yakni membaca ulang sebuah novel yang berjam-jam lamanya. Dengan membaca
kembali novel itu pembaca mendapat kesempatan melihat buku itu lewat sorotan
yang mungkin sangat berbeda.
0 komentar:
Posting Komentar
mohon kritik dan saran
tapi jangan kejam kejam amat yak.huhu